The HMS Band Sindir Para Koruptor
THE H.M.S merupakan warisan hadiah ulang tahun dari seorang Bapak Sasmito kepada pemuda dan seluruh rakyat Indonesia dalam aspek perjuangan
Anggota group THE H.M.S yang terakhir adalah Digo Dz, beliau merupakan seorang seniman balada lintas generasi yang pernah bergabung sebagai gitaris pengiring artis yang terkenal, kritis, dan berani yaitu Iwan Fals.
Seiring berjalannya waktu, naluri perjuangan dan perlawanan atas penindasan rakyat yang dimilki seorang Digo Dz terus membara karena melihat kondisi rakyat Indonesia dalam keterpurukan dan kesengsaraan, oleh karena itu Digo memutuskan untuk kembali ke medan perjuangan menggunakan gitar sebagai senjata untuk melawan para koruptor penghisap darah masyarakat dan menjadikan THE H.M.S sebagai benteng pengawal kesejahteraan rakyat di masa yang akan datang.
THE H.M.S merupakan warisan hadiah ulang tahun dari seorang Bapak Sasmito kepada pemuda dan seluruh rakyat Indonesia dalam aspek perjuangan melalui karya seni yang mendidik serta mencerdaskan masyarakat.
Bahkan Pak Sasmito terlibat langsung sebagai seorang Pembina The HMS serta menciptakan beberapa lagu perjuangan seperti lagu “Terjerat Hutang Abadi” dan lagu “Trio Big Fish”.
"Semoga warisan pertama dari Bapak Sasmito Hadinegoro mampu membangkitkan generasi muda untuk membebaskan negeri dari jerat hutang abadi di masa yang akan datang, agar tercapai masyarakat Indonesia yang sejahtera," ujar HM Sasmito.
Hadiah yang kedua dari Pak Sasmito adalah ambulance Bakti untuk Negeri kedua. Setelah ambulance bakti pertama HMS yang di kelola untuk melayani masyarakat Jakarta dan sekitarnya secara gratis mendapatkan respon positif dari masyarakat sehingga seiring berjalannya waktu.
Permintaan kebutuhan pelayanan ambulance gratis cenderung meningkat maka Pak Sasmito di usianya yang menginjak 62 tahun akan kembali memberikan hadiah berupa ambulance gratis bakti untuk negeri kepada masyarakat sebagai wujud konsistensi perjuangan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari sektor kesehatan.
Hadiah ketiga yang diberikan dari seorang pria yang akrab dipanggil Pak Sas adalah santunan untuk 62 orang anak yatim guna mewarisi semangat berbagi dan jiwa gotong royong serta saling menguatkan antar generasi muda penerus bangsa Indonesia agar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mampu terwujud di masa yang akan datang.