Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Soal Pembatasan Film Impor KADIN Harus Berdiskusi dengan Orang Film

Penolakan terhadap usulan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia tentang pembatasan film impor semakin meluas

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Soal Pembatasan Film Impor KADIN Harus Berdiskusi dengan Orang Film
SUPER BALL/FERI SETIAWAN
Gusti Randa 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penolakan terhadap usulan Kamar Dagang dan Industri (Kdin) Indonesia tentang pembatasan film impor semakin meluas.

Tidak hanya Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), namun juga artis senior dan para pecinta film. Bahkan, sikap serupa juga bergaung hingga ke berbagai daerah.

Artis senior Gusti Randa, bahkan dengan keras mengatakan, Kadin yang saat ini lantang berbicara mengenai film impor, sebenarnya tidak paham tentang film.

Kadin tidak mengerti, bahwa sudut pandang film impor bukan seni, namun bisnis.

“Orang Kadin jangan asal bicara! Kalau tidak mengerti perfilman, berdiskusilah dengan orang-orang film,” kata Gusti, yang memulai debutnya pada 1984, melalui Cinta di Balik Noda.

Dalam konteks ini Gusti mengingatkan kembali, tentang embargo tekstil yang dialami Indonesia pada tahun 1980-an. Penyebabnya tak lain, karena ketika itu Indonesia menolak film impor.

“Kalau dipikir, apa hubungan antara tekstil dan film? Tetapi karena ini masalah bisnis, begitulah jadinya,” tandas Gusti.

BERITA REKOMENDASI

Untuk itulah Gusti mengatakan, Indonesia tidak bisa melakukan pendekatan melalui pembatasan film impor.

Seharusnya, insan film selalu meningkatkan kualitas karyanya, sehingga pasar film Indonesia tidak hanya di dalam negeri, namun juga sampai ke mancanegara.

Sebut saja ASEAN. Jika kondisi itu sudah dicapai, meski film asing membanjiri Indonesia sekalipun, maka tidak menjadi soal. Gusti mencontohkan perfilman di Hong Kong dan India yang sangat maju.

Menurutnya, penyebab film di kedua negara tersebut berkembang pesat, bukan karena digemari di dalam negeri, namun karena penontonnya sudah mendunia.  

Tetapi bukan hanya sineas. Menurut Gusti, pemerintah juga harus berperan dalam meningkatkan kualitas film nasional.


Misalnya, dengan mempermudah dan mempermurah biaya bagi sineas untuk berkreasi. Termasuk di antaranya, tidak mempersulit soal perizinan.  

“Dengan menjadikan ASEAN sebagai captive market, sebenarnya Indonesia juga mengatasi kendala ruang media.Karena harus diakui, jumlah gedung bioskop yang ada saat ini, sangat terbatas. Jadi tidak perlu dengan melarang film impormasuk,” katanya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas