Nadya Hutagalung Puas dengan Pekerjaan yang Tak Dibayar
Aktivis lingkungan nan cantik, Nadya Hutagalung (40), kembali pulang ke Jakarta.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Aktivis lingkungan nan cantik, Nadya Hutagalung (40), kembali pulang ke Jakarta.
Kali ini ia datang untuk pemotretan sebagai model perhiasan merek Frank & Co. Uniknya, 17 tahun lalu, Nadya pernah menjadi model Frank & Co, tetapi kali ini pemotretan tersebut punya misi pelestarian alam.
"Dulu, aku dipotret dengan rambut yang kala itu dibotakin. Bagiku ini seperti lingkaran dan kembali ke awal. Modeling sebenarnya hanya untuk endorsement. Konservasilah yang sekarang menjadi full time work," kata Nadya.
Selain berjuang untuk penyelamatan hiu dan gajah, Nadya juga baru saja dilantik sebagai Duta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penyelamatan orangutan. Awal Maret lalu, ia diundang untuk berdiskusi di Markas Besar PBB sebagai duta Great Apes Survival Partnership (GRASP) yang, antara lain, berjuang untuk penyelamatan orangutan.
"Apa yang kulakukan selalu nonprofit. Mayoritas pekerjaanku lebih banyak tak berbayar, tetapi membuatku sangat sibuk. Kepuasan bukan terletak pada uangnya, melainkan pada rasa puas karena menemukan keseimbangan antara kerja komersial dan kerja karena hasrat jiwa," tambahnya.
Selain masih aktif sebagai model, Nadya pun memulai bisnis pembuatan film dokumenter alam. Salah satu film yang sudah diproduksinya adalah Let Elephant Be Elephant yang dibuat selama sebulan di Kenya, Afrika.
"Aku ingin mengawinkan antara passion dan pengalaman pembuatan film. Semoga bisa membuat bisnis film dokumenter lingkungan yang komersial," ucapnya.
Ketika ditemui, Sabtu (21/3/2015), di Jakarta, Nadya sedang bersiap menjajal baju yang akan dipakai untuk pemotretan bersama Frank & Co, yang sekaligus menjadi bagian dari kampanye penyelamatan gajah di Indonesia. Semuanya demi keseimbangan hidup. (WKM)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.