Opera Drama Wayang Swargaloka Banowati "Ketika Senja di Astina”
“Itulah gambaran akhir dari kisah hidup manusia yang penuh misteri. Namun kita tetap berusaha menghadapi dengan tegar dan ikhlas, atas apa yang terjad
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa jadinya bila seorang ibu dan anak tampil dalam satu panggung? Keduanya memang tertakdir menjadi seniman.
Dewi Sulastri, adalah master tari dunia; penari bersuara emas, peraih Museum Rekor Indonesia (MURI) Tahun 2008, sebagai Sutradara dan Penari Wayang Orang Perempuan.
Bathara Saverigadi Dewandoro, adalah penyandang Rekor Dunia Penata Tari Jawa Termuda Museum Rekor Indonesia (MURI) Dunia, tahun 2013.
Pasangan ibu dan anak ini akan tampil bersama di The Indonesian Opera Drama Wayang Swargaloka, dalam cerita Banowati “Ketika Senja di Astina.” Opera tersebut akan digelar di Gedung Pewayangan Kautaman Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Minggu (26/04/ 2015).
Dewi Sulastri mungkin satu dari sekian wanita yang ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional melalui seni, khususnya seni (tari) tradisi.
Tak banyak orang yang memiliki multi bakat. Ia tergolong seniman serba bisa; menari, menyanyi, berakting, serta kemampuannya mengorganisir ratusan seniman di bawah naungan Swargalola Art and Culture Foundation.
Bathara Saverigadi Dewandoro, tampaknya teraliri darah kesenimanan yang diwariskan orangtuanya.
Bathara memang tumbuh di lingkungan seniman tradisi. Ayahnya Suryandoro, adalah begawan tari alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Progam Studi Komposisi Tari.
Belasan karya repertoar tari dilewatinya, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Bathara juga telah menciptakan beberapa karya tari yang mengantarkannya mendapat sejumlah penghargaan.
Termasuk mengantarkannya melanglangbuana ke luar negeri, diantaranya ke India. Bathara kini juga sedang menyiapkan karya tari berjudul ‘Deras’ yang akan ia tampilkan pada acara peringatan ‘Hari Tari Dunia’, di kota Solo, Rabu (29/04/2015) mendatang.
Hidup Adalah Misteri
Lakon Banowati “Ketika Senja di Astina” mengisahkan tentang cinta sejati Banowati. Menggambarkan akhir dari pengorbanan Banowati untuk para Pandawa.
Meski segalanya telah dipertaruhkan, namun diakhir hidupnya ia harus rela menerima perlakuan yang tidak diharapkan.
“Itulah gambaran akhir dari kisah hidup manusia yang penuh misteri. Namun kita tetap berusaha menghadapi dengan tegar dan ikhlas, atas apa yang terjadi dan apa yang akan kita terima di kemudian hari,” kata Dewi Sulastri, kepada para wartawan, saat ditemui di Sanggar Swargaloka, Cilangkap Cipayung Jakarta Timur, Kamis (23/04/2015).
The Indonesian Opera Drama Wayang Swargaloka, cerita Banowati “Ketika Senja di Astina” juga diperkuat oleh para seniman terbaik Indonesia lainnya.
Salah satunya adalah Maestro Gamelan Indonesia, Dedek Wahyudi.
Pertunjukan ini disutradarai Irwan Riyadi, sutradara handal drama tradisional Indonesia yang sudah banyak melahirkan karya-karya kelas dunia.