Jangan Pernah Panggil Jennifer Lopez Seorang Diva
Jangan pernah panggil Jennifer Lopez seorang Diva. Ia tidak suka dengan konotasi Diva. Kenapa?
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Jangan pernah panggil Jennifer Lopez seorang Diva. Ia tidak suka dengan konotasi Diva yang sering dikaitkan dengan seseorang yang terlalu banyak tuntutan dan sulit diajak kerja sama.
Ia merasa apa yang ia dapat selama ini ia dapatkan dengan bekerja keras selama 30 tahun di industri hiburan.
Jadi, ia merasa wajar jika ia mengajukan banyak permintaan atau tuntutan yang ia anggap membantu dirinya bersikap profesional dalam setiap pekerjannya.
“Saya selalu kagum dengan bagaimana sopan dan menurutnya para pekerja wanita di industri film Hollywood dibanding dengan para pria. Saya sering sekali dijuluki sebagai aktris yang memiliki sikap seperti seorang diva. Julukan yang saya rasa tidak sepatutnya saya dapatkan karena saya selalu bekerja keras, datang tepat waktu dan bekerja melakukan apapun sesuai arahan. Lalu, setelah sukses, ya, kok saya malah mendapat predikat seperti itu?” ujar ibu dari anak kembar ini saat diajak berdiskusi oleh majalah Hollywood Reporter bersama dengan aktris-aktris lainnya seperti Kirsten Dunst, Regina King, Julianna Margulies, Sarah Paulson, Kerry Washington dan Constance Zimmer
Ditambahkan juga jika ia kagum bagaimana industri bisa menerima sikap yang sama jika itu datang dari seorang aktor. Ia merasa ada standar yang jauh berbeda antara pria dan wanita.
“Kadang saya merasa seperti orang lumpuh karena tidak dapat menyuarakan pendapat saya soal ini. Apalagi di depan beberapa sutradara dan klub para pria yang benar-benar memperlakukan saya sampai saya pun tidak bisa berkomentar apapun. Tidak hanya aktris tetapi juga musisi wanita yang sering diperlakukan tidak adil,” terang aktris yang juga sukses sebagai penyanyi itu.
Aktris 46 tahun ini lalu menyebutkan beberapa contoh mengenai perbedaan perlakuan antara aktor dan aktris di lokasi kerja yang sering membuatnya kesal.
“Ada permakluman yang begitu longgar yang diberikan pada pria. Sebagai contoh saja. Saya sering melihat orang akan maklum jika seorang aktor datang ke lokasi kerja terlambat. Seluruh kru terlihat bisa menerima alasan keterlambatan itu. Semantara kalau saya terlambat 15 menit saja, dan kru memperhatikan keterlambatan itu beberapa kali, kita seperti dilarang untuk memberi opini atau menunjukkan kecintaan kita pada pekerjaan karena mereka akan langsung bergosip jika saya ini orang yang sulit diajak kerja sama. Kalau sudah begitu saya hanya bisa terheran-heran. Kalau saya menunjukkan kepedulian yang dalam pada pekerjaan saya, kenapa saya harus disebut menyulitkan?” katanya.
Syanne/Tabloidnova.com