Film Wonderful Life Bawa Atiqah Hasiholan ke Masa Kecilnya
Berperan sebagai ibu seorang anak penyandang disleksia mengingatkan Atiqah Hasiholan pada masa kecilnya.
Penulis: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berperan sebagai ibu seorang anak penyandang disleksia mengingatkan Atiqah Hasiholan pada masa kecilnya.
Kenangan ini terbawa saat bermain di Film Wonderful Life, yang diproduksi oleh Visinema.
“Kita memang digiring untuk memahami kebahagiaan itu dari kacamata anak-anak. Jadi itu yang akan menjadi nilai fun dari film ini,” ujar Atiqah. “Itu ngebawa aku ke masa lalu aku.”
Film ini membuat istri Rio Dewanto ini merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu.
Bukan ibu biasa, Atiqah bahkan harus berjuang mendampingi Aqil, anaknya yang menyandang disleksia, sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.
Istri Rio Dewanto ini bahkan merasakan bagaimana anaknya dianggap sakit, bodoh bahkan disebut anak terbelakang karena disleksia.
Adegan Atiqah Hasiholan dalam film Wonderful Life. Atiqah berperan sebagai seorang ibu seorang anak yang menyandang disleksia.
Aqil, sang anak mengalami kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau diatas rata-rata.
Dalam penggalan dialog di film ini, sambil berurai airmata Atiqah yakin anaknya tidak sakit.
" Aqil tidak sakit, kita yang sakit," kata Atiqah menahan sedihnya saat sang ayah mengatakan ia gagal mendidik sang anak.
Aqil dianggap sakit karena saat usianya 8 tahun tidak bisa membaca dan menulis dan hanya bisa menggambar.
Adegan Atiqah Hasiholan dalam film Wonderful Life. Atiqah berperan sebagai seorang ibu seorang anak yang menyandang disleksia.
Pun, saat ada yang memonis, penyandang disleksia tak bisa disembuhkan, Atiqah dengan tegas dan tatapan tajam mengatakan keyakinannya,"Non sen bu, semua penyakit ada obatnya."
Film ini akan diputar serentak di layar-layar lebar se-Indonesia mulai 13 Oktober 2016 mendatang.
Rio Dewanto, bersama dengan Angga Dwi Sasongko dan Handoko Hendroyono, lewat bendera Visinema, menjadi produsernya.