Ine Febriyanti Mengaku Selektif Terima Tawaran Job
Sha Ine Febriyanti mengaku dirinya sangat selektif dalam menerima sebuah pekerjaan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sha Ine Febriyanti mengaku dirinya sangat selektif dalam menerima sebuah pekerjaan.
Sikap itu perlu dilakukan, lantaran ibu tiga anak ini akan bekerja total dalam setiap pekerjaannya.
“Bisa jadi itu agak sombong ya. Ya saya memang sedikit sombong,” celetuknya kepada Surya.co.id sambil tertawa, Jumat (31/3/2017).
Ditemui sesaat sebelum mengisi acara talkshow bertajuk Golden Generation di Kampus Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jumat (31/3/2017).
“Jika saya anggap tidak terlalu bermanfaat buat saya, dan buat banyak orang saya nggak akan tertarik untuk ambil,” begitu imbuhnya.
Perempuan kelahiran Semarang, 18 Februari 1976 ini menegaskan, apa pun yang dipercayakan orang pada dirinya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
“Jadi sebetulnya, bagi saya tidak ada kata berat atau ringan. Karena yang terpenting adalah kesungguhan dalam melakukan sesuatu, dan menjalaninya sebaik mungkin,” ujarnya.
Ketika sudah memutuskan mengambil sebuah proyek, lanjut Ine, dia akan mengerahkan seluruh energinya hingga pekerjaan tersebut tuntas.
Ini pula yang membuat wanita yang aktif berteater ini menjadi sangat ‘pemilih’ dan menyaring betul sebelum memutuskan mengambil sebuah pekerjaan.
Di tempat yang sama, Intan Irani, Koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia memberi motivasi pada peserta talkshow agar berani meningkatkan ‘kualitas diri’ dengan melanjutkan pendidikan di luar negeri.
“Saya melihat daya ketahanan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya lebih luas jika melanjutkan kuliah S2 di luar negeri,” tandasnya.
Sarjana Arsitektur dari Universitas Parahyangan, Bandung ini menambahkan, mereka yang menempuh pendidikan di luar negeri juga punya kecenderungan nasionalisme lebih tinggi.
“Mereka ingin pulang dan membangun negeri ini. Saya melihat visi misi mereka yang punya nasionalisme tinggi ini dalam jumlah sangat banyak,” paparnya.
Intan menepis adanya kecenderungan mahasiswa Indonesia di luar negeri enggan pulang ke Tanah Air.
“Sebetulnya yang terjadi adalah, mereka ingin menyerap ilmu lebih banyak sehingga begitu selesai kuliah tidak langsung pulang tapi menambah tinggal selama lima tahun. Setelah itu pulang ke Indonesia,” tegas Intan yang mengambil gelar S2 untuk pendidikan Arsitektur di Milan.
Sementara Dr Andik Matulessy, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Untag Surabaya berharap sukses kedua narasumber di acara talkshow tersebut bisa jadi contoh bagi mahasiswa Untag.
Andik mengaku miris dengan kecenderungan generasi muda sekarang yang ingin serba instan.