Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Pianis Muhammad Iqbal Menoreh Sejarah, Encore Indonesia di Negeri Fidel Castro

'Saya mendapat standing ovation yang tidak berhenti sehingga memaksa saya untuk melakukan..'

Penulis: Rendy Sadikin
zoom-in Pianis Muhammad Iqbal Menoreh Sejarah, Encore Indonesia di Negeri Fidel Castro
ISTIMEWA
Penampilan pianis Muhammad Iqbal Siddiq di Havana, Kuba. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pianis berbakat, Muhammad Iqbal Siddiq, menorehkan catatan sejarah.

Betapa tidak, pengajar di Jaya Suprana School of Performing Arts (JSSPA) itu menjadi pianis Indonesia pertama yang tampil dalam sebuah resital di Kuba.

Bukan tanpa alasan, mulai tahun ini Jaya Suprana memulai kerjasama pertukaran pianis antara Indonesia dan Kuba.

"Tiap tahun akan dipilih satu orang pianist untuk dikirim ke Kuba dan tahun berikutnya dari Kuba dikirim ke Indonesia, begitu seterusnya tiap tahun secara bergantian," tutur Iqbal saat diwawancarai TRIBUNNEWS, belum lama ini.

Baca: Baru Berusia 26 Tahun Tetapi Wanita Ini Sudah Seperti Nenek-nenek, Kok Bisa?

Pada tahun ini, Iqbal--sapaan karibnya--adalah orang yang dipilih untuk mengadakan resital di Kuba.

Iqbal membuka jalan bagi pianis lainnya untuk menampilkan talentanya di Negara Fidel Castro tersebut.

Berita Rekomendasi

Penampilan Iqbal bersejarah.

Ya, ini merupakan pertama kalinya ada orang Indonesia melakukan resital di Kuba.

Program yang dimainkan Iqbal malam itu adalah Chopin Sonata op.58 dan Liszt Sonata S.178.

"Kedua bahan tersebut merupakan bahan–bahan yang sulit untuk dimainkan, Chopin membuat tiga buah sonata, dan op.58 adalah yang tersulit dari ketiganya. Sedangkan Liszt hanya membuat satu – satunya Sonata dari ratusan komposisi lainnya, namun Sonata Liszt selain memiliki tingkat kesulitan yang tinggi juga merupakan Sonata yang terpanjang di dunia," beber Iqbal.

Baca: Kesal Ditagih Uang Parkir, Eks Dokter RSPAD Mengaku TNI Todong Senjata ke Petugas Parkir Mal

Menurut Iqbal, jika kedua bahan dijadikan menjadi satu program adalah recital yang tidak main–main.

Namun, dua bulan sebelumnya, pihak Kuba meminta agar mereka juga menampilkan pianis mereka.

"Itu artinya durasi untuk membawakan kedua Sonata tidak cukup sehingga saya harus memilih dari kedua sonata, dan saya memilih Liszt Sonata S.178," ujar Iqbal.

Adapun resital itu digelar pada 23 September 2017 di Havana, Kuba.

Acara ini juga melibatkan Kedutaan Besar RI dan Kementerian Luar Negeri di Kuba.

"Pihak Kuba menyatakan akan mengurus visa saya, namun hingga awal September, visa saya masih belum keluar sehingga menimbulkan keraguan untuk berangkat," ujar Iqbal.

Baca: Akankah Prabowo Hadiri Pelantikan Anies-Sandi di Istana? Ini Jawaban Fadli Zon

Bukan cuma itu, Badai Irma juga sempat menjegal kedatangan Iqbal.

"Ada badai irma yang juga telah memporak porandakan Havana sehingga benar - benar ada pernyataan batal H-5 sebelum keberangkatan dari pihak kedutaan Kuba di Jakarta," tutur Iqbal.

Tapi, keesokan harinya, pihak Kuba ternyata mengkonfirmasi bahwa keadaan paska badai irma sudah berjalan normal, visa pun juga sudah keluar.

"Alhamdulillah saya pun berangkat pada tanggal 19 September," ujar Iqbal.

Selama di Havana, Iqbal menetap di rumah Alfred Palembangan, Duta Besar KBRI di Havana.

"Beliau dan pihak KBRI lainnya begitu ramah dan sangat membantu dalam kelangsungan acara tersebut," ungkap Iqbal.

Kendala bukan cuma sampai di situ.

Piano yang akan digunakan untuk resital tidak sesuai standard, kualitas bunyi nada yang ‘kopong’ dan seperti ‘kaleng’.

"Touch regulation juga tidak nyaman, pedal yang juga tidak nyaman serta menimbulkan bunyi tiap kali diinjak, ditambah ada satu tuts piano yang somplak dimana biasanya tuts piano dilapisi warna putih, ada satu tuts yang lapisannya sudah hilang," kata Iqbal.

(Istimewa)

Hal ini, imbuhnya, bisa mempengaruhi secara visual dan juga secara sentuhan.

Hanya ada dua hari untuk mempersiapkan resital karena Iqbal baru mendapat kesempatan untuk berlatih H-2.

"Sayapun membicarakan mengenai hal ini ke pihak KBRI dan pihak KBRI sudah mencari piano pengganti, namun sepertinya keadaan piano–piano di kota tersebut memang kurang baik sehingga saya memutuskan tetap menggunakan piano tua yang ada," kata Iqbal.

Hari resital tiba.

"Saya mengintip dari balik panggung penonton sudah berdatangan, ada yang dari kalangan sekolah musik di Havana, kalangan diplomat, juga kemenlu dan tentunya KBRI Kuba," ujar Iqbal.

Meski sempat deg-degan, penampilan Iqbal ternyata di luar ekspektasi.

"Saya mendapat standing ovation yang tidak berhenti sehingga memaksa saya untuk melakukan encore, saya pun bersedia memainkan lagu encore dimana pada saat itu saya memainkan komposisi saya sendiri berjudul “Sekolah Musikku”, komposisi yang saya dedikasikan untuk sekolah musik YPM, sekolah musik yang telah membesarkan saya menjadi seperti saat ini," kata Iqbal.

Setelah konser selesai, kata Iqbal, pihak gedung konser yaitu perpustakaan nasional ‘Jose Marti’ pun mengatakan bahwa resital ini membuat mereka tertarik untuk kerjasama dengan perpustakaan nasional di Jakarta yang akan dipikirkan ke depannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas