Selama di Amerika, Adinia Wirasti Selalu Biasakan Diri Buka Buku
Wanita yang memiliki kulit eksotis itu mengaku dirinya selalu mengunjungi perpustakaan ataupun museum
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki profesi sebagai seorang aktris film, Adinia Wirasti mengaku dirinya selalu meminta naskah skenario berbentuk kertas dibandingkan dengan naskah yang dikirimkan melalui email.
Hal tersebut ia sampaikan dalam konferensi pers kegiatan 'Seribu Cerita PerpuSeru' yang digelar di Perpustakaan Nasional.
Wanita yang akrab disapa Asti itu menyebut permintaan itu ia sampaikan saat produser atau sutradara yang menggunakan jasanya sebagai talent film hendak mengirimkan naskah yang harus ia pelajari.
"Pas lagi dilatih sama seorang produser atau sutradara, (mereka bilang) 'ok, nanti saya kirimin naskahnya ya', tapi selalu saya tidak mau naskah yang dikirim via data, karena saya pusing membacanya," ujar Asti, saat ditemui di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Selatan, Senin (6/11/2017).
Menurutnya, membaca naskah berbentuk kertas atau lembaran buku sangat berbeda dari naskah yang dibaca dari layar.
"Jadi saya maunya (baca dari) kertas, justru hard copy ya, karena buat saya baca buku itu beda sama baca layar," jelas Asti.
Wanita yang memiliki kulit eksotis itu mengaku dirinya selalu mengunjungi perpustakaan ataupun museum saat masih menempuh studi di Amerika Serikat.
Selama di Negeri Paman Sam itu, dosennya selalu meminta dirinya dan teman-temannya untuk selalu membuka buku.
"Jadi waktu saya belajar di Amerika, ada beberapa mata pelajaran yang mengharuskan kami untuk selalu ada di perpustakaan, baik di perpustakaan, museum dan sebagainya," kata Asti.
Oleh karena itu ia pun sengaja membiasakan dirinya untuk membuka buku.
"Pokoknya harus merasa ada di sekitar buku," tegas Asti.
Adinia Wirasti menjadi satu di antara public figure yang mendukung kegiatan 'Seribu Cerita PerpuSeru' yang digelar oleh Perpustakaan Nasional bersama Coca Cola Foundation Indonesia dengan Bill & Melinda Gates Foundation.
Kegiatan tersebut digelar di 7 kota di Indonesia hingga akhir November 2017, untuk mengembangkan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat berbasis teknologi informasi.
Ke tujuh kota tersebut meliputi Lubuk Linggau, Pangkalan Bun, Semarang, Surabaya, Bali, Wakatobi dan Ambon.