Adisurya Abdy Bangun Set Khusus Untuk Film Stadhuis Schandaal
Set khusus itu dibangun di atas tanah seluas 1.500 m2 di atas tanah milik PT Inter Studio, di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah film dengan setting pada kurun waktu tertentu, membutuhkan kosep artistik yang menggambarkan situasi dan kondisi saat peristiwa terjadi.
Namun untuk menggambarkan setting yang dibutuhkan, tidak semudah mewujudkan cerita di dalam tulisan, perlu perwujudaan fisik yang dibuat sesuai dengan konteks cerita.
Jika kebutuhan artistik tidak dapat dipenuhi dengan barang-barang, bangunan, lingkungan yang ada, pembuat film harus membuat tiruannya.
Atas pertimbangan sutradara dan produser film Adisurya Abdy bersama timnya, saat ini tengah membangun sebuah set berupa tangsi dan benteng Belanda, untuk set khusus film “Stadhuis Schandaal” yang akan diproduksinya.
Set khusus itu dibangun di atas tanah seluas 1.500 m2 di atas tanah milik PT Inter Studio, di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
“Kita sudah mencoba mencari bangunan-bangunan sisa peninggalan Belanda yang ada di Indonesia, tetapi tidak sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja yang akan kita lakukan, jadi lebih baik membamgun set sendiri, supaya kerjanya lebih bebas,” kata Adisurya Abdy.
Film pertamanya setelah istirahat selama 14 tahun ini akan mulai melakukan pengambilan gambar pada kawartal ketiga November 2017 ini.
Selain syuting di set yang dibuat khusus, film ini juga akan melakukan pengambilan gambar di kawasan Kota Tua Jakarta, terutama di Musium Fatahillah.
Setting masa kolonial dan modern.
Ada dua kurun waktu yang akan ditampilkan dalam film terbaru karya Adisurya Abdy ini, yakni setting jaman kolonial dan kekinian (modern).
“Stadhuis Schandal” mengisahkan tentang FEI, seorang mahasiswi Ilmu Budaya Universitas Indonesia sedang mengerjakan tugas kampus mengenai The Old Batavia bersama teman kuliah yang lainnya.
Saat ia mencari bahan dan riset tentang itu di kota tua, ia diperhatiin oleh seorang gadis cantik turunan Belanda – Jepang yang kemudian kita kenal dengan nama Saartje Specx dipanggil Sarah.
Sosok Sarah menghilang dari pandangan Fei saat dering iphone membuyarkan perhatiannya akan sosok Sarah itu.
Fei bertanya kemudian apakah temannya ada yang melihat Sarah namun namun temannya menjawab tidak.
Bagaimana kisah selanjutnya, tungggu yanggal mainnya.
Cerita dan skenario ditulis sendiri oleh Adisurya Abdy. Film ini diproduksi oleh PT. Xela Film, dengan produser Omar Jusma.
Pemain :
Tara Adia (Saartje Spech / Sarah), Michale Lee (Pieter Cortenhoff), Amanda Rigbi (Fei), Rensi Millano (Samina), Volland Humonggo (Danny Wong), George M Taka (JP Coen), Roweina Umboh (Eva Mert), Iwan Burnani (Jaques Spech), Septian Dwicahyo (Hans), Lady Salsabila (Mila), Stephanie Adi (Rika), Ati Cancer (Bibi), Bangkit Sanjaya (Pelayan misterius), Kiki Amalia (Via), Anwar Fuadi (Abimanyu), Yanto Tampan (Anak buah Hans), Cindy (Tasya), Andika Ariesta (Aby), Iqbal (Rayman), Ricky Wala (Babam) dll.