Hariyanto Boejl Menebar Virus Kebaikan
Demi mewujudkan istilah tidak ada kata terlambat, setiap orang harus memandang jauh ke depan demi mendapatkan arah
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demi mewujudkan istilah tidak ada kata terlambat, setiap orang harus memandang jauh ke depan demi mendapatkan arah dan kemungkinan tindakan yang lebih bermakna bagi setiap orang.
Salah satu bentuknya adalah melakukan kontemplasi, seperti halnya yang dilakukan oleh Hariyanto Boejl, penyanyi balada Tanah Air.
“Saya menulis lirik lagu berjudul Kontemplasi dan membuat Konser Kontemplasi di Amigos, Jakarta, Selasa (24/7). Tujuannya saya tidak ingin salah melangkah dalam menjalani kehidupan. Sebab, usia terus bertambah dan ajal pun tidak tahu kapan tiba. Semoga lagu Kontemplasi bisa memberikan inspirasi bagi semua orang yang terjun dalam berbagai profesi,” ungkap Hariyanto Boejl di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018).
Sebagai manusia biasa, pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 26 September 1972, itu pun berharap bisa memperbaiki diri sendiri dan mengajak orang lain untuk menebarkan virus kebaikan. Dalam Konser Kontemplasi, Boejl, panggilan akrab Hariyanto, juga meluncurkan mini album yang terdiri atas tiga lagu, yaitu Kontemplasi, Introspeksi, dan Negeri Pelangi.
Sepak terjang Boejl, dalam blantika musik nasional memang tergolong baru. Namun, suami dari Etty Novitasari, 44 tahun, tetap memiliki tekad kuat untuk berkreasi dalam dimensi berbeda.
“Setelah puluhan tahun malang-melintang di dunia fotografi, saya pun merasa dunia tarik suara bisa menghibur banyak orang sekaligus menebarkan kebaikan,” tutur Boejl.
Boejl memilih untuk serius terjun ke dunia musik setelah ada dorongan semangat dari sahabat, Maxi Bahajjaj, atau biasa disapa Maxi King of Soul.
“Usia menua bukanlah pembendung dalam berkarya. Dia hanyalah kerikil yang sedikit melambatkan langkah. Selama keinginan kuat masih menyala, kreativitas akan menemukan jalan lapang yang terang,” tutur Boejl, ayah dari Rinov Fajar Anugerah (19 tahun), Maurivi Putri Islamey (16 tahun), dan Viandryna Qanita Dawama (9 tahun).
Hidup, kata Boejl, harus bergairah apabila ingin menorehkan sejarah. Demi semua itu perjuangan dan kesabaran adalah keniscayaan.
“Benar kata Rendra, Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata,’’ tutur Boejl.
Kontemplasi, menurut Boejl, sejatinya ekspresi perenungan dalam bentuk lirik yang diharmonisasikan dengan bunyi-bunyian.
“Kontemplasi menjadi ruang evaluasi diri atas laku kehidupan yang telah saya jalani. Kontemplasi ada agar hidup senantiasa terjaga,” jelas Boejl.
Eksistensi kebudayaan, ucap Boejl, akan memberikan arah pada laku kehidupan, juga panduan bertumbuhnya kemajuan zaman. Sebagai anak kandung kebudayaan, harmonisasi lirik dan musik memiliki peran dominan dalam mencatat, merawat, dan mengembangkan tiap-tiap entitas peradaban.
Fungsi itu dijalankan sejak masa silam, sekarang, hingga kelak di hari depan. Lirik dan musik akan terus bertemali dengan kebudayaan.