TRIBUNNEWS.COM - Film Wiro Sableng yang tak lama lagi bakal tayang, bakal banyak memberikan kejutan.

Film ini bakal diisi elemen aksi dan fantasi yang bisa dibilang cukup mirip sama beberapa film produksi Hollywood.

Vino G Bastian yang berperan sebagai Wiro Sableng seperti dikutip Tribunnews.com dari menanggapi hal ini.

Vino mengatakan akan senang, pasalnya, film ini 99,9% dikerjakan sama orang Indonesia.

Dari mulai spesial efek CGI-nya, tim desain gambar, wardrobe, sampai action choreographer juga asli Indonesia.

"Karena ini produksi asli Indonesia, kualitasnya bener-bener out of the box dari film lain di Indonesia. Jadi nggak apa-apa orang menyangsikan, buat kita sih seneng. Toh dibandingkan dengan yang lebih bagus," jelas Vino.

Menurut Vino, justru kalau para penonton terlalu berekspektasi tinggi dan ngarep film Wiro Sableng ini bakalan sebagus film Hollywood, justru terlalu berlebihan, sob. Karena dari segi production value-nya aja udah kalah jauh sama film produksi Hollywood.

Baca: Film Wiro Sableng Terbaru Hadirkan Sekuel-Sekuel Terbaik di 10 Buku Pertamanya

Menawarkan Sesuatu yang Unik

Menurut Yayan Ruhiyan yang berperan sebagai Mahesa Birawa, film Wiro Sableng ini justru bisa jadi sesuatu yang unik dan membanggakan buat orang Indonesia.

Pasalnya, dengan budget yang nggak seberapa jika dibandingkan sama film Hollywood, kualitas yang dihasilkan bisa dibanding-bandingkan sama film Hollywood.

Lagian, menurut Yayan para penonton film Indonesia tuh udah pada cerdas kok. Mereka nggak bakal melihat film ini dengan sebelah mata. Karena film ini bakalan butuh banget dukungan dari para penonton.

Karena kalau film kayak gini nggak disupport, gimana caranya para filmmaker bisa bikin film dengan production value yang jauh lebih besar dan jauh lebih keren dari ini.

Senada sama Yayan, Sherina Munaf yang berperan sebagai Anggini juga setuju kalau film Wiro Sableng bakalan jadi sesuatu yang unik.

"Yang ada di Wiro Sableng ini mungkin nggak akan pernah ada di Hollywood nanti. Dan juga negara-negara lain. Itulah sesuatu yang nggak bisa di-replace, kulturnya itu," terangnya lagi.