Etnis Rohingya, Tak Punya Hak Pilih dan Tak Diakui Sebagai Warna Negara oleh Pemerintah Myanmar
"Kami dimusuhi dan tidak mendapatkan perlindungan sama sekali daei negara kami sendiri," ujar Muhammad Zubair.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komunitas etnis Rohingya merasa iri dengan masyarakat Indonesia karena warganya mereka nilai bebas menjalankan ibadah sehari-hari tanpa tekanan.
"Kami iri dengan rakyat Indonesia dapat mengikuti pemilu dan memilih calon presiden dan legislatif sesuai keinginan," ujar Muhammad Zubair, juru bicara komunitas etnis Rohingya di acara diskusi di Hotel Whiz Cikini, Jakarta, Sabtu (24/11/2018).
Zubair mengatakan, kondisi itu sangat berbeda dengan yang dirasakan komunitasnya di Myanmar. Etnis Rohingya di Tanah Airnya tidak memiliki hak suara dan tidak punya kartu identitas.
Selain itu, komunitas etnis Rohingya tidak dianggap sebagai bagian warga negara Myanmar oleh pemerintahnya.
"Bahkan kami dimusuhi dan tidak mendapatkan perlindungan sama sekali daei negara kami sendiri," jelasnya.
Karena itu, ia dan kawan-kawannya memutuskan mengungsi ke Indonesia. Namun, Zubair meminta rakyat tanah air untuk tidak salah paham.
Ia meminta kehadiran pengungsi Rohingya tidak dianggap sebagai kelompok radikal ataupun teroris.
"Kami ke Indonesia untuk mendapatkan perlindungan dan kami bukan kaum radikal ataupun teroris. Sehingga kami juga mau membantu dan bekerjasama dengan otoritas keamanan di Indonesia untuk ikut menjaga keamanan Indonesia," ujarnya.