Syahrini Menikah Saat Udara Tokyo 7 Derajat Celsius, Penghangat Dalam Masjid Tak Mampu Usir Dingin
Pernikahan Syahrini dan Reino Barrack dikabarkan berlangsung pagi Rabu (27/2/2019) Ini sekitar jam 9:30 pagi waktu Jepang atau pukul 07.30 WIB.
Editor: Anita K Wardhani
Koresponden Tribunnews.com mencoba menelusuri sejarah Masjid Camii Tokyo Jepang.
Jika selama ini beredar kabar bahwa Masjid Camii adalah juga dibangun dengan dana sebagian besar oleh orang Indonesia adalah tidak benar.
"Masjid ini dibangun sepenuhnya oleh dana bantuan pemerintah Turki sehingga jadi secantik ini, tidak ada dana besar dari orang Indonesia saat pembangunan dulu," ungkap seorang pengurus masjid tersebut kepada Tribunnews.com.
Awalnya masjid Camii dibangun bersama sekolah tanggal 12 Mei 1938 oleh imigran Bashkir dan Tatar dari Rusia yang datang ke Jepang setelah Revolusi Oktober. Pembuatan dengan arahan Abdurreshid Ibrahim, Imam pertama masjid, dan Abdülhay Kurban Ali.
Pada tahun 1986, masjid harus dihancurkan karena kerusakan struktural yang parah. Di bawah arahan dan dukungan Diyanet İşleri Başkanlığı, sebuah bangunan baru dimulai pada tahun 1998.
Arsitek untuk bangunan tersebut adalah Muharrem Hilmi Senalp. Ornamen didasarkan pada arsitektur religius Ottoman.
Sekitar 70 pengrajin Turki melakukan perincian finishing, dan sejumlah besar marmer diimpor dari Turki. Konstruksi selesai pada tahun 2000 dengan biaya sekitar 1,5 miliar yen (saat itu). Peresmian penggunaan diadakan pada tanggal 30 Juni 2000.
Tokyo Camii memiliki luas 734 meter persegi dan memiliki satu lantai basement dan tiga lantai di atas tanah dengan total luas lantai 1.477 meter persegi.
Kubah utamanya setinggi 23,25 meter dan didukung oleh enam pilar, sedangkan menara yang berdekatan tingginya 41,48 meter.