Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Mus Mulyadi Wafat, Tak Ada Lagi Suara Merdu Si Buaya Keroncong, Begini Rekam Jejaknya di Dunia Musik

Pemilik julukan si "Buaya Keroncong" itu sempat dirawat di rumah sakit alias Mus Mulyadi meninggal pada Kamis (11/4/2019) pukul 9.08 WIB.

Penulis: Anita K Wardhani
zoom-in Mus Mulyadi Wafat, Tak Ada Lagi Suara Merdu Si Buaya Keroncong, Begini Rekam Jejaknya di Dunia Musik
nur ichsan/warta kota/nur ichsan
TRIBUTE TO MUS MULYADI - Konser musik keroncong Tribute To Mus Mulyadi berlangsung sukses dan meriah, Minggu (5/12) di Hotel Sahid, Jakarta Pusat. Mus Mulyadi merupakan legenda hidup musik keroncong yang multi talenta, yang dimiliki oleh Indonesia. Karya-karyanya banyak menghiasi dunia industri musik Indonesia dan menjadi koleksi para penggemarnya yang ada di dalam dan luar negeri. WARTA KOTA/Nur Ichsan 

Disayangkan mereka belum menikmati jerih payahnya di Singapura, karena memilih pulang ke Indonesia bertepatan dengan hari wafatnya Bung Karno.
Favourite's Group

Pada tahun 1971 ia rekaman solo di Remaco diiringi kelompok A. Riyanto, Empat Nada Band. A. Riyanto kemudian mengajaknya bergabung dengan band Empat Nada. Oleh A. Riyanto, konsep band 4 Nada sebagai band pengiring tetap yang selama ini dilakoninya di Remaco hendak diubahnya menjadi sebuah band mandiri. Band baru diberi nama Favourite's Group. Anggota awalnya adalah Mus Mulyadi (vokal/Rhythm), dan 4 anggota band 4 Nada : A Riyanto alias Kelik (Keyboard/Vokal), '''Nana Sumarna''' (Bass), '''Eddy Syam''' (Gitar) dan '''M. Sani''' (Drum). Mereka sangat modern dalam bermusik, tapi juga sangat maju dengan sentuhan romantisme masa silam. Mereka berhasil menempatkan nilai-nilai musik di kepala mereka sehingga menjadi kekuatan bagi Favourite’s Group. , Mereka lalu rekaman di Musica Studio. Lahirlah lagu: "Cari Kawan Lain", "Angin Malam", "Seuntai Bunga Tanda Cinta", "Nada Indah". Kaset ini ternyata meledak dan langsung mengangkat popularitas band ini. Namun selepas album vol. I ini terjadi perubahan formasi personil, dimana 3 anggota memilih kembali ke bandnya semula band 4 Nada.

A. Riyanto keyboardist merangkap leader dan Mus Mulyadi vocalist kemudian mencari pengganti untuk melanjutkan kiprah musik band Favourite's group. Mereka merekrut Is Haryanto pada drum dan Harry Toos pada gitar, untuk posisi bass dirangkap oleh Mus Mulyadi. Dengan formasi II ini mereka kemudian berhasil menelurkan album volume II yang bersisi lagi-lagu diantaranya “Mimpi Sedih, Aku Yang Kau Tinggalkan, Cintaku Suci, & Lagu Gembira”. Album ini cukup direspon pasar meski tak seheboh pada album I. Pada periode berikutnya terjadi perubahan formasi lagi (III) dengan penambahan pemain bass yakni Tommy W.S.. Dengan formasi ini Mus Mulyadi lebih fokus pada penyanyi utama. Formasi ini melaju dengan berbagai album yang hampir seluruhnya meledak di pasaran masa itu. Band ini kemudian menjadi sangat populer dan menjadi salah satu legenda musik Indonesia hingga saat ini.

Di sela aktivitasnya Favourite's Group, Mus Mulyadi ditawarkan oleh produser untuk membuat solo album. Dalam album tersebut Mus Mulyadi dibuatkan sebuah lagu berbahasa Jawa oleh Is Haryanto berjudul "Rek Ayo Rek". Lagu ini ternyata meledak di pasaran. Bahkan menjadi legenda dan salah satu icon abadi kota Surabaya. Setelah menyelesaikan album Favourite's Groupvol. 4 "Aku Tak Berdosa", Mus Mulyadi kemudian memilih mengundurkan diri dari Favourite's Group untuk berfokus pada karier penyanyi solo. Posisinya kemudian digantikan oleh Mamiek Slamet pada tahun 1978 setelah sebelumnya band ini sempat beraktivitas tanpa vocalist utama.
Keluar dari Favourite Group & Bernyanyi Solo

Mus kemudian mencoba menyanyikan lagu keroncong pop, ternyata hasilnya luar biasa dan meledak di mana-mana, seperti lagu Kr. Dewi Murni. Kasetnya laku keras. Setelah itu, julukan "Buaya Keroncong" pun melekat padanya. Saat show ke luar negeri seperti Belanda atau Amerika, ia dikenal sebagai The King of Keroncong.
Bermain Film Layar Lebar

Popularitas Mus Mulyadi sebagai penyanyi keroncong mendapat perhatian dari kalangan insan dunia perfilman nasional pada tahun 1970-an. Oleh sutradara Fred Young, ia diajak ikut membintangi film bertitel Putri Solo (1974) diproduksi PT. Agasam Film. Dalam film ini ia bermain bersama dengan para aktor dan aktris kawakan masa itu seperti Mieske Bianca Handoko, Harris Sudarsono, Ratmi B-29, Rendra Karno, S. Poniman, Chitra Dewi, Debby Cynthia Dewi, dll.

Selanjutnya pada tahun (1974) membintangi film berjudul Aku Mau Hidup di sutradarai oleh Rempo Urip diproduksi, PT. Agasam Film. Di sini ia beradu akting dengan oleh Emilia Contessa dan aktor Ferry Irawan (bukan Ferry Irawan bintang sinetron era 2000-an - red), serta Chitra Dewi, Mansjur Sjah, M. Panji Anom, S. Poniman, dsb.
Menyanyikan Lagu Dangdut

BERITA REKOMENDASI

Pada akhir tahun 1970-an Mus Mulyadi sempat pula menyanyikan lagu-lagu Dangdut / Lagu Melayu. Ia sempat berduet dengan pedangdut asal Surabaya, Ida Laila. Beberapa lagu duetnya dengan Ida Laila, seperti Suara Hati dan Bunga Dahlia, populer diputar di radio masa itu.

Tentang cengkoknya yang sangat khas, Mus Mulyadi berujar, "Modal saya cuma berani berimprovisasi. Saya itu punya feeling, biasanya orang kalau dari fa ke mi atau mi ke fa, itu kan hanya dua tangga nada, saya bisa enam tangga nada. Saya berani memainkan tangga nada," begitu kiat si "buaya keroncong" yang telah merilis 80 album keroncong ini.[butuh rujukan]
Reuni dengan Favourite Group

Pada tahun 1978 group band yang beranggotakan penyanyi, musisi, dan pencipta yang sudah populer pada masa itu ‘rujuk’ lagi. Formasi mereka tidak berubah tetap seperti beberapa tahun lalu bedanya hanya mereka andil jadi vokalis “Mus Mulyadi (Rhythm/Vokal), Is Haryanto (Drum /Vokal), A. Riyanto (Keyboard/Vokal), Harry Toos (Gitar/Vokal) dan Tommy WS (Bass/Vokal)”. Tahun 1978, mereka mencoba memukau lewat kecantikan aransemennya dengan materi lagu yang berlirik puitis–romantis yang mereka suguhkan, antara lain : “Satu Kisah Lagi, Saat Yang Terindah, Melody Patah Hati, Kamar Bisu, & Engkau Yang Terakhir”. Lewat album ‘reuni’ mereka ini setelah berpisah sejak tahun 1975, sebagai pengobat rindu ‘menyapa’ para pencinta dan pengamat musik indonesia.

Kemudian mereka kembali hadir tahun 1982, dengan nomor-nomor lainnya, “Nusantara Jaya, Terima Kasih Musik, Bunga Yang Terindah, Hai Pemuda, dan Selamat Jalan” dengan perusahaan rekaman Mahkota Records. Melalui kehadiran album ini, Favourite’s Group mencoba menawarkan ragam tema musik yang selama ini belum terjamah oleh pemusik negeri ini. Mereka juga menunjukkan bahwa Favourite’s Group masih “solid” dengan kumpul bareng di setiap kesempatan latihan maupun tampil lengkap di pertunjukan show di dalam maupun luar daerah Jakarta.

Sampai awal tahun 1989, Favourite's Group secara resmi masih berdiri, tetapi dengan anggota berbeda. Pada penampilannya tahun 1988, anggotanya terdiri dari Mus Mulyadi sebagai vokalis, A. Riyanto pada keyboard, Is Haryanto pada gitar menggisi tempat Harry Toos yang mengundurkan diri, Tommy W.S. pada bass gitar, Y. Rizal yang direkrut sebagai additional pada drum, plus additional player yang juga punggawa group D'Lloyd Bartje van Houten pada melodi gitar.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas