Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Pusbang Film Kemdikbud Kembali Merestorasi Film Kereta Api Terakhir

Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudaan dalam upaya pelestarian

Editor: FX Ismanto
zoom-in Pusbang Film Kemdikbud Kembali Merestorasi Film Kereta Api Terakhir
TRIBUNNEWS.COM/IST
Kepala Pusbang Film, Maman Wijaya, meluncurkan pemutaran film Kereta Api Terakhir di kawasan Senayan, Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudaan dalam upaya pelestarian sejarah perfilman tanah air, mencoba merestorasi (pemulihan) film-film lama yang sempat diputar di tanah air. Setelah sukses merestorasi tiga film sebelumnya yakni Darah dan Do'a (2013), Pagar Kawat Berduri (2017) dan Bintang Ketjil (2018), Pusbang Film Kemdikbud kembali merestorasi film berjudul Kereta Api Terakhir yang tayang pada 1981 silam, disutradarai oleh Mochtar Soemodimedjo dan dibintangi oleh Deddy Sutomo dan Gito Rollies

Film yang diangkat dari novel terkenal karya Pandir Kelana itu banyak bercerita tentang perjuangan revolusi anak bangsa tahun 1945-1947.

"Sebagai upaya kami melestarikan film-film karya anak bangsa yang diputar di Indonesia tahun-tahun lawas, Pusbang Film Kemdikbud pun mencoba merestorasi beberapa film yang bercerita tentang perjuangan bangsa dan sejarah perfilaman tanah air. Hal itu bisa digunakan dunia pendidikan untuk mempelajari sejarah dan juga kebudayaan bangsa dan negara ini dan memang tidak bertujuan untuk komersil," terang Kepala Pusbang Film, Maman Wijaya disela peluncuran pemutaran film Kereta Api Terakhir di kawasan Senayan, Jakarta.

Dipilihnya film tersebut untuk direstorasi lantaran merupakan film kolosal terbaik yang diproduksi pada tahunnya yang diproduksi oleh anak bangsa.

"Film ini menurut kami merupakan film kolosal terbaik yang diproduksi pada zamannya, dengan melibatkan 15.000-an pemain. Kisah yang diceritakan juga berisi sejarah perjalanan bangsa ini dimana kami menilai masih relevan dan layak jadi referensi tentang bagaimana sejarah bangsa ini dibuat. Sehingga kami menilai film ini patut untuk diselamatkan dan dipulihkan. Butuh 6 bulan dari Juni 2019 kemarin untuk bisa merestorasi film ini agar layak ditonton saat ini," tambah Maman Wijaya.

Senada dengan Maman, Rizka Fitri Akbar selaku Direktur PT Render Digital Indonesia sebagai perusahaan yang merestorasi film ini menjelaskan bahwa kesulitan dan hambatan mereka dalam merestorasi film ini memang cukup berat. Lantaran mereka harus mengumpulkan materi film ini yang selama ini dipegang oleh pihak PFN dan PT KAI.

"Cukup sulit juga nyari materinya yang masih bagus, karena film ini kan merupakan film lama. Jadi banyak yang mungkin kondisinya sudah rusak. Kami membutuhkan kerja ekstra dari materi-materi yang kita dapatkan dari pihak PFN, PT KAI dan juga pengusaha-pengusaha Layar Tancap di Indonesia. Setelah dapat kita juga mencoba mengembalikan materinya menjadi kondisi yang sebaik-baiknya dan layak ditonton. Dan film ini berhasil kami restorasi menjadi 120 Menit dari 170 menit waktu filmnya dengan tanpa merubah esensi filmnya," pungkas Rizka Fitri Akbar selaku Direktur PT Render Digital Indonesia.

Berita Rekomendasi

Film Kereta Api Terakhir ini merupakan film arahan Mochtar Soemodimedjo diangkat dari novel karya Pandir Kelana yang mengisahkan tentang perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Siliwangi disebabkan karena pelanggaran Perjanjian Linggardjati tahun 1946 oleh Belanda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas