Medina Zein Sebelum Ditangkap Mengaku Bipolar, Sang Ayah Sebut Anaknya Sempat Temui Marshanda
Medina disebut sempat bertemu Marshanda demi sharing penyakit bipolar yang dideritanya. Ia pun ditangkap saat berobat.
Editor: Anita K Wardhani
Sebelum diamankan, Medina baru saja pulang dari Amsterdam, mewakili Indonesia di ajang Modest Fashion Week pada 14 Desember.
"Makanya saya kaget, orang dia baru pulang dari Amsterdam kok bisa. Katanya obat yang diminum anak saya itu mengandung zat itu," ujar dia.
Saat ini, pihak keluarga berusaha untuk meringankan beban Medina. Syukur-syukur, membebaskan Medina dari tahanan.
Sukses Sejak Usia Muda
Di usia 27 tahun, Medina Zein mampu mengembangkan usahanya hingga sukses. Tercatat, usahanya mulai di bidang kuliner, fashion, kosmetik, butik, travel umroh hingga villa.
Namun, di tengah usahanya yang naik daun, Medina Zein justru tersandung kasus narkotika.
Ia ditangkap Ditresnarkoba Polda Metro Jaya di rumah sakit di kawasan Lebak Bulus. Hasil pemeriksaan, ia positif mengkonsumsi amphetamine dan methametamin.
Medina tinggal bersama suaminya, Lukman Azhari yang saat ini sedang umroh, bayinya berusia 3 bulan dan dua babby sitter serta satu pembantu.
Dia tinggal di kawasan perumahan elit di Kota Bandung, yakni Resort Dago Pakar.
Medina Zein yang sempat melaporkan Irwansyah dan Zaskia Sungkar, saat ini ditahan di Mapolda Metro Jaya. Bayinya dirawat baby sitter dan dipantau oleh orang tua Medina, Pujo (58).
Saran Dokter Pada Keluarga
Tentang pengakuan Medina Zein dan keluarga bahawa adik ipar Ayu Azhari itu penderita bipolar, dokter memberikan saran ini pada keluarga.
Bipolar adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif, tertekan ke tertinggi, panik atau gelisah.
Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan dr. Laurentius Panggabean Sp. KJ mengungkapkan, bipolar masuk dalam kategori gangguan jiwa berat.
Sesuai namanya, Bipolar berkaitan dengan dua hal yakni kepanikan dan depresi.
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab penyakit ini, yakni genetika, psikologis dan faktor sosial.
"Tapi paling banyak itu biasanya karena faktor genetika," ujar dr. Laurentius ketika dihubungi Tribunnews.com NetworkSelasa (31/12/2019).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.