Medina Zein Sebelum Ditangkap Mengaku Bipolar, Sang Ayah Sebut Anaknya Sempat Temui Marshanda
Medina disebut sempat bertemu Marshanda demi sharing penyakit bipolar yang dideritanya. Ia pun ditangkap saat berobat.
Editor: Anita K Wardhani
Pengakuan Medina Zein yang mengidap bipolar harus dibuktikan dengan diagnosa dari dokter spesialis kejiwaan, menurut dr. Laurentius.
Baca: Sahabat Ungkap Medina Zein Tak Pakai Narkoba, Tapi Happy Five
Baca: Tak Ada Drama Air Mata Saat Pertemuan Ayu Azhari dengan Ibra Azhari dan Medina Zein
Sebab, penyakit ini membutuhkan diagnosa yang sulit dan perlu penanganan yang tidak mudah juga.
"Harus tahu siapa yang mendiagnosanya. Dalam hal ini harus yang berkompeten yakni dokter spesialis kejiwaan," ungkapnya.
Menurut dr. Laurentius, situasi hati pengidap bipolar akan dengan cepat tertekan.
Dalam kondisi tertentu, pengidapnya merasakan situasi panik dan tertekan. Terkadang, hal itu menjadikan sikapnya jadi tidak terkendali oleh akal sehat.
"Bipolar itu kan penyakit, bahayanya dia sedang panik sampai tidak bisa mengendalikan dirinya. Emosinya berlebihan, sampai tindakan-tindakannya itu tidak bisa dikontrol. Pokoknya perilaku-perilaku yang kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan."
"Misalnya dia jadi boros belanja. Kemarahan yang meledak sewaktu-waktu tanpa sebab, kehidupan seksual yang tidak terkontrol dan banyak lagi yang berkaitan dengan mood atau perasaannya. Tapi tidak semua bipolar seperti itu, dalam artian ada tingkatannya," terangnya
Soal amphetamine, dr. Laurentius menyebut zat itu tidak disarankan menjadi obat untuk pengidap bipolar.
Justru, jika dikonsumsi, bisa menimbulkan bahaya dan efek lain seperti kecanduan.
"Ya pertanyaannya siapa yang mendiagnosa dia bipolar. Kan nanti ketahuan resep apa yang dikasih. Bipolar itu biasanya dikasih penenang atau obat-obat golongan psikotropi. Nggak sampai amphetamine, karena itu justru berbahaya" ungkapnya.
Lalu apa penanganan yang tepat untuk penderita bipolar? dr. Laurentius menyarankannya agar Medina secara rutin konsultasi dan berobat ke dokter spesialis kejiwaan.
"Untuk penangannya yang efektif ya dari obat yang diresepkan dan dukungan orang-orang terdekat," katanya.
dr. Laurentius juga menyoroti soal peran keluarga dan orang-orang terdekat untuk bisa memahami perilaku pengidap bipolar.
"Orang yang ada di sekitar dia mesti punya pemahaman bahwa perubahan-perubahan perilaku dia itu bagian dari penyakit bipolarnya. Jadi jangan dibawa ke hati (kalau ada perilaku aneh). Jangan dipikirkan," tandasnya.