Puluhan Penyanyi Suriname Kolaborasi Bikin Klip Video Layang Kangen Didi Kempot
20 penyanyi dan entertainer Suriname membuat klip video tribute to almarhum Didi Kempot, menyanyikan ulang lagu berjudul Layang Kangen
Editor: Suut Amdani
TRIBUNNEWS.COM - Sekurangnya 20 penyanyi dan entertainer Suriname membuat klip video tribute to almarhum Didi Kempot.
Video kolaborasi ini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan seniman Suriname atas peran serta kiprah Didi Kempot di negara itu.
Mereka bersama-sama menembangkan "Layang Kangen", lagu paling digemari warga Suriname. Klip video itu sangat menyentuh, semua kontributor tampak menghayati tembangnya.
Klip video itu dipublikasikan lewat media sosial sejak Minggu (10/5/2020) malam waktu Paramaribo, Suriname. Atau Senin (11/5/2020) pagi WIB.
Baca: Tanggapan Wali Kota Solo soal Petisi Pembuatan Patung Didi Kempot di Stasiun Balapan
"Tak hanya etnis Jawa, warga etnis India dan Afrika Suriname menyukai lagu ini," kata Murni Dasai, warga Suriname dalam percakapan WA bersama Tribunnews.com, Senin pagi WIB.
Murni tinggal di Paramaribo. "Di sini sudah tengah malam. Mataku dah kelet nih," imbuhnya. Saat dihubungi waktu di Paramaribo menunjukkan pukul 23.30.
Obrolan berakhir pukul 00.10 waktu setempat. Murni Dasai adalah inisiator klip video tribute to Didi Kempot, bersama Jurmic Partodongso dan Riviano Towikromo.
Keduanya entertainer dan pekerja seni terkenal di negara itu. Menurut Murni, ide itu datang beberapa hari lalu di tengah pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.
"Akhirnya kita semua rekam pake alat masing-masing dari rumah, lalu disatukan, dan jadilah klip video ini," jelas perempuan yang empat tahun tinggal di Kota Yogya ini.
RC Creative Media milik Riviano Towikromo bertindak sebagai produser dan editor klip video ini. Pengantar video masih dalam bahasa Belanda.
Ke-20 penyanyi dan seniman berbagai usia yang menyumbangkan suaranya di klip video ini adalah Ritchie dan Debby, Romario dan Clarence.
Berikutnya Xaviera Ramatanssing, Riste Pawiroredjo, Bryan Munstlag, Mantje Karso, Maroef Amarstam, Patrick Amatrais, dan Lilian Tardjo.
Selanjutnya ada Emmely Kartoredjo, Aldrich dan Richard, Angracia Sowidjojo, Fernando Soerowintono, Elton Sodikromo, Anthea dan Gerogy Nojoredjo.
Tiga penyanyi terakhir yang turut bergabung Trees Ralim, Dyantie Legiman, dan Jurmic Partodongso.
Murni Dasai menjelaskan, gagasan itu spontan saja. Semua disatukan oleh perasaan sedih mendalam atas meninggalnya Didi Kempot.
"Jadi di sini mas Didi populernya mainstream. Waktu berita duka baru keluar banyak orang yang shock," kata Murni yang terakhir berjumpa Didi Kempot September-Oktober 2018.
Waktu itu ada "Konser Layang Kangen Didi Kempot" di Paramaribo, Suriname. Murni Dasai dipercaya jadi host atau MC saat pertunjukan itu.
Didi Kempot yang sekurangnya sudah 10 kali menggelar pertunjukan di Suriname, tidak hanya populer sosoknya. Tapi ia punya pengaruh ke anak-anak muda di sana.
"Gara-gara Mas Didi, banyak anak muda jadi tertarik belajar bahasa Jawa. Nyanyi lagu Jawa juga," kata Murni yang suaminya studi S2 dan S3 di Pascasarjana UGM.
Tentang mengapa dalam klip video ini memilih tembang Layang Kangen, Murni menerangkan, alasannya sangat sederhana.
Pertama, lagu itu sangat populer di Suriname. Kedua, latar belakang terciptanya tembang itu menurut Murni sangat menyentuh hati.
"Waktu saya dan co-MC interview ama mas Didi sebelum show 2018 diadakan, saya tanya apa alasanny Mas Didi nulis lagu yang begitu sedih dan bikin nangis," ungkap manajer pusat kebugaran ini.
"Saya kira dia ada pacar yang dia kangen atau gimana, lalu Mas Didi jawab, karena waktu itu jadi pengamen di Jakarta, terus karena lapar, dia kangen ama orangtuanya di Solo," imbuh Murni.
Dikutip Selasa (5/5/2020) dari laman media Suriname berbahasa Belanda, https://www.starnieuws.com/, Didi Kempot terakhir menggelar tur spesial di negara itu pada akhir September 2018.
Sebuah laporan berita media itu menunjukkan saat Didi Kempot menemui Menteri Tenaga Kerja Suriname, Soewarto Mustadja, satu di antara banyak tokoh Jawa Suriname.
Penyanyi asal Solo, Jawa Tengah itu menggelar konser di Suriname bertajuk “Layang Kangen”.
Didi Kempot mencipta sejumlah lagu berlatar Suriname, antar lain Angin Paramaribo, Kenyo Suriname, dan terbaru Kangen Nickerie, nama sebuah distrik di negara itu.
Menurut Mustadja, Didi Kempot telah berkontribusi memperkuat ikatan dan persaudaraan keturunan Indonesia dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat majemuk Suriname.
Starnieuws, Didi Kempot disebut berasal dari Solo, Jawa Tengah, tempat para pekerja kontrak Jawa berasal.
Kunjungan Didi Kempot ke Menaker Suriname ini sebagai usahanya menunjukkan rasa terima kasihnya atas dukungan yang ia terima dari Mustadja sejak 1990-an.
Duta Besar Indonesia untuk Suriname, Dominicus Supraktikto, juga hadir pada audiensi ini.
Pada tahun 90-an, Mustadja membuat tembang-tembang karya Didi Kempot popular melalui radio bangsa Jawa di Amsterdam.
Lagunya menjadi hits di antara komunitas Jawa di sana. Setelah tenar di Amsterdam, lagu-lagu Didi Kempot menyeberang ke komunitas Jawa Suriname.
Keping cakram (CD) penyanyi itu dibawa ke pasar Suriname dengan kolaborasi Pasta Music di bawah arahan Pat Amatmarwan dari Alkmaar.
Didi Kempot menyihir publik Suriname dalam waktu singkat. Lagu-lagunya melampaui komunitas Jawa dan ia membuat penggemar di antara semua kelompok populasi di Suriname.
Pada 1996, atas dorongan Menteri Moestadja, ia bahkan dianugerahi medali emas oleh Presiden Suriname. Sebagai seorang antropolog, Mustadja sering menggunakan ungkapan "Variety in Unity".
Menurutnya, kekuatan Suriname terletak pada kenyataan ras yang berbeda saling menerima satu sama lain.
Terlepas dari perbedaan budaya, gaya hidup dan agama, orang-orang Suriname merasa seperti satu bangsa. Dia melihat ini diekspresikan dengan sangat baik melalui musik.
Dubes Supraktikto mengatakan dia terkejut ketika dia melihat pada pertunjukan terakhir penyanyi itu, semua kelompok etnis terlihat dalam jumlah besar di antara penonton.
Ia berharap cara ini akan menjadi insentif untuk lebih memperkuat ikatan budaya antara masyarakat Suriname dan Indonesia.
Selama pertunjukan ini, Kempot menerima penghargaan dari Presiden Desi Bouterse sebagai bentuk penghargaan atas cintanya kepada Suriname.
Didi Kempot sekurangnya telah menggelar 10 pertunjukan di Suriname dalam 20 tahun terakhir. Semua petunjukannya dijubeli penonton.
Didi Kempot mengakhiri kunjungannya ke Suriname, dan pulang ke tanah air pada 4 Oktober 2018.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)