Cak Diqin Kapok Nyaleg, Pilih Jadi Seniman dan Bangun Pondok Pesantren di Boyolali
Penyanyi campur sari Muhammad Shodiqin alias Cak Diqin, mengaku kapok mengikuti kontestasi pemilihan legislatif dan mulai membangun pesantren.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
![Cak Diqin Kapok Nyaleg, Pilih Jadi Seniman dan Bangun Pondok Pesantren di Boyolali](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cak-diqin-penyanyi-campursari.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Penyanyi campur sari kenamaan, Muhammad Shodiqin alias Cak Diqin, mengaku kapok mengikuti kontestasi pemilihan legislatif.
Cak Diqin diketahui dua kali 'nyalon' namun keduanya berujung gagal.
Cak Diqin pun lebih memilih menjalani profesinya sebagai seniman.
Penyanyi lagu Tragedi Tali Kutang tersebut mengungkapkan, ia mencoba peruntungan sebagai calon anggota legislatif pada tahun 2009.
"Saat itu saya sering digondol kemana-mana sama partai politik, buat kampanye, kemudian saya diajak aja," ungkap Cak Diqin kepada Tribunnews melalui telekonferensi video, Jumat (12/6/2020).
Cak Diqin menyebut, pengalaman nyaleg tersebut sebagai wujud mewarnai hidup.
"Ya sedikit untuk mewarnai kehidupan, saat itu ramai-ramai bersama Eko Patrio, Anang Hermansyah, di tahun 2009, namun belum berhasil," ungkapnya.
Baca: 40 Hari Didi Kempot, Banyak Peziarah dari Luar Kota Kunjungi Makam The Godfather of Broken Heart
Kemudian Cak Diqin kembali nyaleg pada 2019 namun kembali gagal.
"Berarti maqomnya tidak di dunia politik, tapi di dunia kesenian," ungkap Cak Diqin.
Cak Diqin pun mengaku kapok dan tidak mau lagi mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
"2024 udah enggak lagi, saya insyaallah cenderung kepada kesenian," ungkapnya.
Dirikan Pesantren di Boyolali
![Cak Diqin penyanyi campursari 2](https://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cak-diqin-penyanyi-campursari-2.jpg)
Cak Diqin mengungkapkan, dirinya kini juga berkonsentrasi dalam mendirikan pondok pesantren (ponpes) di Boyolali, Jawa Tengah.
"Lokasinya di Kecamatan Banyudono, Boyolali, namanya Ponpes Tanah Jawi," ungkapnya.
Baca: 30 Tahun Berjuang untuk Musik Campursari, Didi Kempot Temukan Panggung di Era Digital
Cak Diqin menyebut saat ini Ponpes Tanah Jawi tengah dalam proses pembangunan fisik.
"Sudah pembebasan lahan, mulai pembangunan fisik," ujarnya.
Cak Diqin mengungkapkan mulanya ponpes tersebut direncanakan rampung pada tahun ini.
Namun situasi pandemi Covid-19 membuat progres pembangunan sedikit mengalami hambatan.
"Targetnya insyaallah mestinya 2020 ini, tapi situasi kondisi begini ya mengalir aja," ungkapnya.
Seniman yang sempat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jayapura tersebut berujar, dirinya sudah tidak mau lagi masuk dunia politik praktis.
"Ya tetep berurusan sama politik, tetapi tidak politik praktis," ungkapnya.
Lebih lanjut, Cak Diqin juga mengungkapkan hingga saat ini dirinya masih aktif menciptakan lagu-lagu campur sari.
"Berkarya terus, bikin lagu-lagu," ungkapnya.
Cak Diqin mengakui, para seniman sedang terdampak pandemi Covid-19.
"Sementara dalam masa corona, seniman sedang tiarap, namun harus tetap berkarya," ujarnya.
Baca: Gagal Sepanggung dengan Didi Kempot, Judika Ungkap Proyek Duetnya dengan sang Legenda Campursari
Profil Singkat Cak Diqin
Berikut profil singkat Cak Diqin berdasar penuturan Cak Diqin dan berbagai sumber.
Nama : Muhammad Shodiqin
Nama Panggung : Cak Diqin
Tempat Lahir : Banyuwangi, Jawa Timur
Tanggal Lahir : 15 April 1964
Pasangan : Nyimut Sri Lestari
Anak :
- Muhammad Fajrul Khadafi
- Muhammad Sunan Alit
- Salsabila Hananti
- Renik Nada Lokananta
Lagu-lagu dalam "Koleksi Terbaik Cak Diqin" :
- Cinta Tak Terpisahkan
- Sida Randha
- Tragedi Tali Kutang
- Blebes
- Slenco
- Mr. Mendem
- Pindhah Tresna
- Cinta untuk Selamanya
- Mendem Wedokan
- Louhan
Penghargaan yang Pernah Diraih :
- Penghargaan "Karya Produksi Terbaik Bidang Lagu Berbahasa Daerah" dari AMI Awards 2006 (bersama Ami Ds).
- Rekor MURI nomor 2944 untuk pentas campursari tanpa henti 33 jam, 33 menit, 33 detik (sebagai ketua CCI, dibantu Pemerintah Kabupaten Karanganyar) tahun 2007.
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 66 jam, memperingati HUT Bhayangkara tahun 2012 (sebagai ketua CCI, didukung Polda Jawa Tengah).
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 73 jam, memperingati HUT TNI, tahun 2014 (sebagai ketua CCI, didukung Kodam IV/Diponegoro).
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 90 jam, memperingati Hari Jadi Gunungkidul yang ke-185 (didukung oleh Pemda Kabupaten Gunungkidul dan 45 Grup campursari dari Gunungkidul dan sekitarnya).
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.