Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Kadar Bilirubin Tinggi, Anak Kedua Ringgo dan Sabai Morscheck Masih Disinar, Belum Boleh Pulang

Curtis Ziggy Mars Morscheck masih dirawat di rumah sakit karena bilirubinnya tinggi. Mengapa bisa terjadi?

Penulis: Bayu Indra Permana
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kadar Bilirubin Tinggi, Anak Kedua Ringgo dan Sabai Morscheck Masih Disinar, Belum Boleh Pulang
Instagram @ringgoagus
Ringgo Agus, Bjorka dan Sabai Dieter 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Curtis Ziggy Mars Morscheck masih dirawat di rumah sakit karena bilirubinnya tinggi.

Anak kedua Ringgo dan Sabai itu diketahui sejak Minggu sore disinari untuk menstabilkan bilirubinnya.

"Dari kemarin sore anak kami sedang disinar karena bilirubinnya tinggi," kata Ringgo Agus Rahman dalam jumpa pers di RS Brawijaya, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (2/11/2020).

"Jadi selama 2x24 jam kemungkinan sampai besok anak saya masih dirawat di rumah sakit belum bisa ke rumah saya," lanjut Ringgo.

Ia mengaku bahwa sejatinya buah hati keduanya itu sudah bisa dinawa pulang pada Senin malam.

Namun, masih ada beberapa perawatan yang dijalani bayinya itu.

Baca juga: Cerita Ringgo Agus Rahman Temani Sabai Morscheck Melahirkan Anak Kedua, Ini Caranya Alihkan Panik

Baca juga: Gara-gara Minta Mi Instan Tapi Ditolak, Sabai Morscheck Bilang Tak Disayang Ringgo Agus Rahman

Berita Rekomendasi

"Harusnya keluarnya malam ini tapi ternyata masih harus dirawat, jadi kita diem dulu di sini," jelasnya.

"Masih disinar," timpal Sabai Dieter Morscheck.

Kondisi Sabai yang sudah membaik membuatnya sudah bisa pulang dari rumah sakit. Namun keduanya masih ingin menunggu anak mereka yang menjelani perawatan untuk bilirubinnya.

"Mudah-mudahan minta doanya, besok sudah bisa sehat dan bisa saya bawa pulang," tutur Ringgo.

Ringgo Agus, Sabai Morscheck, Bjorka
Ringgo Agus, Sabai Morscheck, Bjorka (TribunNewsmaker.com Kolase/ Instagram @ringgoagus)

Mengenal Kadar Bilirubin yang Sebabkan Bayi Kuning
Mengutip artikel Kompas.com kadar bilirubin jadi pemicu bayi berwarna kuning. Lantas, apa penyebabnya? Berbahayakah jika kadar bilirubin tinggi?

Kuning pada bayi baru lahir tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Kondisi kuning terjadi pada 60 persen bayi sehat.

Meskipun demikian, kondisi itu perlu dipantau. Jika terlalu tinggi bisa menimbulkan kecacatan, bahkan mengancam jiwa.

Kuning pada bayi baru lahir (neonatal jaundice) adalah timbulnya warna kuning pada kulit dan jaringan tubuh lain pada bayi.

Menurut dokter spesialis anak Nita Ratna Dewanti dari Rumah Sakit Premier Bintaro, kuning terjadi jika kadar bilirubin lebih dari 5 miligram/dL. Bilirubin merupakan hasil penguraian sel darah merah.

”Kuning fisiologis terjadi karena bayi harus mengurai sel darah merah dari ibu. Ketika dalam kandungan, pasokan darah yang membawa zat gizi dan oksigen dikembalikan ke tubuh ibu. Setelah bayi dilahirkan, sel darah merah harus diurai sendiri. Bilirubin diolah di hati, kemudian dibuang lewat usus dan ginjal (bersama tinja dan air kemih, Red). Hati bayi belum berfungsi sempurna, akibatnya banyak bilirubin menumpuk dalam darah bayi dan menimbulkan warna kuning,” Nita menjelaskan.

Sel darah merah pada bayi baru lahir juga relatif tinggi. Hal itu terlihat dari kadar hemoglobin (Hb) bayi yang umumnya 20 g/dL, padahal Hb orang dewasa sekitar 12 g/dL.

Nita menyatakan, kadar bilirubin sampai 12 mg/dL pada bayi baru lahir masih dianggap normal. Bayi tidak perlu diberi apa-apa, cukup dijemur pada pagi hari serta banyak diberi air susu ibu (ASI). Meskipun demikian, bayi tetap harus dipantau.

Perlukah Orangtua Khawatir?

Kadar bilirubin perlu diwaspadai jika sudah meningkat menjadi lebih dari 12 mg/dL. Pada kondisi ini bayi perlu mendapatkan fototerapi. Yaitu penyinaran dengan sinar biru berpanjang gelombang 420-448 nanometer untuk mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin.

Fototerapi cukup aman. Efek samping dari fototerapi relatif ringan. Yaitu berupa kulit kering, dehidrasi ringan, kemerahan (rash) pada kulit bayi yang sensitif, serta diare ringan. Agar bayi tidak silau dan terganggu, mata bayi perlu ditutup.

Kadar bilirubin di bawah 20 mg/dL biasanya tidak berakibat fatal. Namun, orangtua harus waspada. Jika kadar bilirubin sudah lebih dari 25 mg/dL, fototerapi tidak cukup. Bayi perlu mendapat transfusi tukar darah (exchange transfusion) beberapa kali.

Pada kadar bilirubin lebih dari 30 mg/dL biasanya bayi sulit tertolong. Bilirubin meracuni mata yang bisa berakibat kebutaan, pada telinga berakibat ketulian, dan pada otak ditandai kejang karena bayi mengalami enselopati akibat bilirubin (kernicterus). Kondisi ini bisa menimbulkan kecacatan, penurunan kecerdasan pada anak, bahkan kematian.

Kuning biasanya terjadi setelah 2-4 hari bayi dilahirkan. Saat itu, sel darah merah mulai diurai untuk digantikan dengan sel darah merah baru. Kadar bilirubin akan meningkat, kemudian berangsur-angsur turun dalam dua minggu sampai sebulan.

Jika kuning sudah terlihat di hari pertama, demikian Nita, bayi perlu pemeriksaan intensif karena dikhawatirkan kuning yang terjadi bersifat patologis, yaitu akibat infeksi atau penyakit lain. Misalnya, penyakit hemolitik (penguraian sel darah merah yang tidak normal), infeksi virus (toksoplasma, rubela, campak), penyakit metabolik, serta tersumbatnya kantong empedu.

Gejala kuning bisa dilihat pada wajah dan bagian tubuh lain, pada kulit jika ditekan berwarna kuning, ataupun bagian putih mata bayi menjadi kuning. Pada kadar bilirubin tinggi, bayi akan mengalami demam, menjadi loyo, dan tidak bernafsu minum susu.

Bayi kuning difototerapi
Bayi kuning difototerapi (net)

Jenis penyebab

Menurut situs kidshealth.org, jenis kuning pada bayi selain fisiologis, juga akibat lahir prematur. Batas aman kuning pada bayi prematur adalah kurang dari 10 mg/dL. Lebih dari itu harus segera diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi.

Selain itu, kuning bisa disebabkan oleh masalah pada pemberian ASI (breastfeeding jaundice). Hal ini biasanya terjadi pada bayi lahir lewat operasi caesar karena ibu kurang memproduksi

ASI. Kuning juga bisa terjadi akibat ASI (breastmilk jaundice). Yakni, jika ASI mengandung hormon progesteron yang mengganggu proses penguraian bilirubin. Keberadaan enzim liprotein lipase pada ASI juga bisa meningkatkan kadar bilirubin. Dalam kondisi ini, ASI bisa terus diberikan. Akan tetapi, jika kenaikan kadar bilirubin terlalu cepat, ASI bisa dihentikan sementara. Hal lain, perbedaan golongan darah ibu dan bayi bisa pula menimbulkan kuning.

Meski kuning pada bayi tidak perlu dikhawatirkan, orangtua tetap perlu memantau kondisi bayi. Bayi perlu segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan jika kuning terjadi pada hari pertama kelahiran, kuning pada bayi makin nyata, dan kondisi bayi loyo, serta demam lebih dari 37,8 derajat celsius.

Dengan kewaspadaan orangtua, kuning pada bayi menjadi tak berbahaya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas