Raih 10 Penghargaan Internasional, Ini Kisah di Balik Produksi Film Animasi Battle of Surabaya
Dibalik suksesnya film animasi yang menampilkan gambar menarik serta cerita yang mengesankan, terdapat ratusan animator dibalik proses pembuatannya.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alivio
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dibalik suksesnya film animasi yang menampilkan gambar menarik serta cerita yang mengesankan, terdapat ratusan animator dibalik proses pembuatannya.
Namun harus diketahui, ternyata pembuatannya tidak semulus yang dibayangkan.
Bicara soal film animasi, dalam 10 tahun terakhir beberapa film animasi asal Indonesia, bahkan satu di antaranya mendapat banyak penghargaan di kancah Internasional.
Film animasi "Battle of Surabaya" besutan Aryanto Yuniawan, yang rilis pada 2015 lalu berhasil meraih 10 penghargaan Internasional.
Baca juga: Sutradara Film Animasi Battle of Surabaya Sebut Animator Indonesia Sejajar Dengan Jepang
Baca juga: Peluang Film Animasi Indonesia di Kancah Internasional, Mampukah Selevel Dengan Anime Jepang?
Sang sutradara mengungkapkan ada beberapa kendala yang dirasakan seorang animator dalam proses produksinya.
"Kendala utama adalah kompetensi. Dibutuhkan pengalaman beberapa tahun untuk menjadi animator handal," ungkap Aryanto saat dihubungi Tribunnews, Rabu, (31/3/2021).
Selain kompetensi, teknologi 3D/animasi digital juga harus membutuhkan resource komputer teknologi tingkat tinggi.
"Selanjutnya, pipeline produksi, kendala kekurangan animator yang harus merekrut atau outsource dari luar harus menyesuaikan kembali pipeline produksi yang mereka kenal dengan yang kita terapkan, kadang hal ini yang menjadi potensi konflik," jelasnya.
Aryanto juga menuturkan dalam melaksanakan projectnya, terkadang hal-hal yang sudah disepakati bisa saja berubah bahkan tanpa adanya komunikasi ke sutradara dari investor (yang menyalurkan dana).
"Maka dari itu harus benar-benar hati-hati untuk memulai dan memilih project animasi, kita dari awal harus konsisten, dan sepakat dengan pemahaman yang sama," ujar Aryanto.
"Karena produksi animasi ibarat membangun rumah, kalau bangunan yang sudah disepakati sesuai desain maket awal, kemudian diganti maket yang baru, bangunan mesti dirobohkan dan dimulai kembali. Kalau film live action, ibaratnya tinggal take ulang," pungkasnya.
Tambahan informasi, film animasi "Battle of Surabaya", merupakan sebuah film animasi 2D layar lebar pertama di Indonesia dan sukses raih penghargaan dari dalam dan luar negeri.
Penghargaan luar negeri antara lain:
1. Winner Gold Remi Award, 49th WorldFest-Houston 2016 (Texas, USA)
2. Best Feature Animation Movie Dalam International Film Festival 2016 di India (Noida, India)
3. Grandprize for feature Film in The 20th Seoul International Cartoon and Animation Festival 2016 (Seoul, South Korea)
4. Winner People’s Choice Award, International Movie Trailer Festival (KMTF) 2013
5. Nomination Best Foreign Animation Trailer, The 15th Annual Golden Trailer Award 2014
6. Official Selection in Dingle International Film Festival 2016 di Irlandia (Dublin, Ireland)
7. Official Selection in Holland Animation Film Festival 2016 (Utrecht, Holland)
8. Official Selection in The 11th Athens Animfest 2016 (Athens, Greek)
9. Official Selection in Fantoche International Animation Film Festival 2016 (Baden, Switzerland)
10. Official Selection in The 20th Seoul International Cartoon and Animation Festival 2016 (Seoul South Korea).
Film animasi Indonesia lainnya yang sukses raih penghargaan antara lain, Si Juki The Movie, Meraih Mimpi, Petualangan Singa Pemberani, dan Titus: Mystery of the Enygma.