Berkesenian Tak Boleh Berhenti karena Pandemi, Rusdy Rukmarata Manfaatkan Ruang Virtual
Seni pertunjukan mengalami pukulan telak sejak pandemi covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia.
Penulis: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Seni pertunjukan mengalami pukulan telak sejak pandemi covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia.
Pementasan seni yang mengundang penonton dihentikan. Karenanya, gedung pertunjukan serta tempat pentas lain terpaksa tutup.
Namun, Rusdy Rukmarata, koreografer dan direktur artistik EKI (Eksotika Karmawibhangga Indonesia) Dance Company, meyakini bersenian tak boleh mati dalam kondisi apapun.
Kuncinya, menurut dia, adalah beradaptasi dengan menjelajah ruang virtual di dunia internet.
Terkait dengan itu, Fakultas Film dan Televisi IKJ (Institut Kesenian Jakarta) mengundang Rusdy menjadi dosen tamu.
Ia menyampaikan materi “Surfing along the way of time” atau bagaimana terus-menerus membuat adaptasi menyiasati berbagai tantangan yang ada, termasuk saat pandemi.
Baca juga: Pameran di Yogyakarta Tampilkan KD dan Pertunjukan Budaya, Hasto: Yogya Memang Spesial
“Kolaborasi, juga jadi kunci yang dibutuhkan seni untuk dapat beradaptasi dalam situasi seperti apa pun,” kata Rusdy.
Sekitar 25 tahun lalu, sebelum EKI Dance Company terbentuk, setiap kali menggelar produksi pertunjukan, Rusdy dan penari lain dipusingkan oleh urusan jadwal, karena penari yang tergabung dalam produksinya juga sedang terlibat di produksi lain.
Proses latihan jadi tidak maksimal dan tidak jarang harus batal karena penari yang tergabung dalam produksi tidak banyak jumlahnya.
Untuk mengatasi hal ini, Rusdy putar otak, tenaga dan dana, untuk kemudian merekrut sejumlah remaja yang bisa jadi tidak memiliki bakat seni yang baik.
Sepanjang mereka mau dilatih dan kerja keras untuk jadi penari, sudah membuat Rusdy berpengharapan.
“Saya mengajak sejumlah teman dan rekan senior untuk mau jadi guru mereka, bukan saja kelas teknik
menari juga sastra, etika, bahkan filsafat,” Rusdy mengenang langkahnya ketika mendirikan EKI Dance Company.
Baca juga: Program Prost Club Ajak Pelaku Seni Pertunjukan Optimis Berkarya di Masa Pandemi
Remaja yang belum memiliki kemampuan menari, perlu waktu untuk berlatih dan berproses. Menjadikan mereka penari professional adalah pekerjaan yang lain lagi.
Beberapa di antara remaja yang direkrutnya sempat terlibat urusan yang tidak ringan, seperti produk keluarga yang berantakan, pemakai narkoba, hingga keterikatan pada seks.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.