Setelah Kaus Polos, Kattoen Kini Andalkan Kaus Warna Ekslusif, Tangkap Peluang Baru
Kattoen adalah brand clothing line di kota Malang yang mampu bertahan di masa pandemi. Pasarnya mulai dari Aceh hingga Papua.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
“Waktu awal 2015 sampai 2017 kita itu sudah kesulitan dari sisi penjualan. Kita baru bisa hidup kalau ikut event. Hidup kita di event. Kalau tidak ikut event, selesai (bangkrut),” ungkap Rizky, owner Kattoen kepada wartawan belum lama ini.
Di tengah kondisi yang semakin sulit, tepatnya di bulan November 2017, Kattoen mengalami kerugian hingga ratusan juta.
Baca juga: Gaya Hidup Anak Muda Bikin Bisnis Clothing Tak Pernah Mati
Tidak ada modal lagi untuk melanjutkan bisnisnya, namun ada kewajiban yang tetap harus dipenuhi, Rizky berusaha mencari solusi.
Ia kemudian mencari cara untuk bangkit dari bangkrut di internet.
Dari situ ia melihat berbagai macam penawaran, salah satunya adalah internet marketing.
“Saya beranikan diri untuk belajar online. Saya cuma punya waktu belajar sebulan. Desember awal saya mulai belajar, 2018 langsung saya praktekkan,” tuturnya.
Belajar dari kegagalan sebelumnya, Kattoen menyadari bahwa sebagian besar konsumennya berasal dari luar Malang.
Konsumen Kattoen tersebar di berbagai kota di Indonesia, mulai Aceh hingga Papua.
Meski tidak banyak, pelanggan mereka juga ada yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Kattoen mencapai puncak tertingginya pada tahun 2019 tapi lagi-lagi harus berjuang akibat diterpa Covid-19 pada Agustus 2020.
Penjualan yang awalnya lebih banyak melalui website, kemudian beralih ke marketplace.
Untungnya Kattoen masih dapat bertahan dengan mengandalkan bisnis kaus polos.
Mereka mengamati setiap konsumen yang membeli produknya, kemudian menjadikannya sebagai peluang baru.
“Kebanyakan orang yang membeli di kita itu karena untuk mengoleksi warna,” ungkapnya.