Aktivis Kesehatan Sarankan Pemprov DKI Aktifkan Posyandu
Jakarta punya dukungan APBD yang sangat layak, seharusnya rencana strategis pengentasan gizi buruk bisa lebih dioptimalkan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Yuli Supriati mengaku miris dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 ada ribuan balita gizi buruk di DKI Jakarta.
“Kalau masih ada ribuan balita gizi buruk, ini artinya di Jakarta itu memang tingkat perekonomiannya masih timpang atau dalam artian masih banyak di pelosok ibu kota masyarakat dengan perekonomian rendah,” ungkap Yuli dalam keterangan tertulis, Jumat (18/2/2022).
Sebelumnya BPS DKI Jakarta merilis jumlah kasus gizi buruk.
Baca juga: Balita Penderita Gizi Buruk Dirujuk ke RSUD Kabupaten Bekasi
Wilayah Jakarta Timur menyumbang kasus balita gizi buruk tertinggi, yakni 1.826 balita; disusul Jakarta Barat ada 1.823 balita; Jakarta Pusat 989 balita; Jakarta utara 498 balita dan Jakarta Selatan 108 balita.
Seharusnya, kata dia kasus gizi buruk sudah tidak ditemukan lagi di Jakarta, apalagi dengan angka yang sangat besar.
“Jakarta punya dukungan APBD yang sangat layak, seharusnya rencana strategis pengentasan gizi buruk bisa lebih dioptimalkan, tidak berhenti di bantuan sembako atau pangan tinggi gizi tapi bagaimana memaksimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk peningkatan gizi anak,” jelas Yuli.
Sumber daya yang dimaksud aktivis BPJS ini adalah Posyandu sebagai ujung tombak Kesehatan masyarakat.
“Posyandu ini yang paling mengerti bagaimana kondisi masyarakat di lingkungannya.
Seharusnya ini bisa menjadi kepanjangan tangan pemerintah menggiatkan edukasi gizi untuk keluarga,” kata Yuli.
Perempuan aktivis ini tak menampik kenyataan bahwa kemiskinan adalah penyebab rendahnya kualitas hidup masyarakat, namun kemiskinan bukan alasan untuk membenarkan gizi buruk, apalagi di ibukota.
Baca juga: Hari Gizi Nasional Diperingati Tanggal 25 Januari, Berikut Kumpulan Twibbon dan Sejarahnya
“Saya seringkali mengunjungi masyarakat yang tinggal di kawasan miskin ibukota, rumah-rumah pemulung, pengamen jalanan. Dan hampir di semua rumah keluarga pengamen ini terutama yang memiliki balita, mereka sedia susu kental manis untuk minuman anak.
Artinya di sini, ketimpangan ekonomi ini masalah, tapi masyarakat yang tidak melek gizi ini lebih bahaya,” beber Yuli.
Sebagaimana diketahui, susu kental manis adalah produk susu yang tidak boleh dijadikan sebagai minuman susu untuk anak karena memiliki kandungan gula yang tinggi dan rendah protein, padahal protein aalah zat yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.