Fakta-fakta Yati Surachman, Aktris yang Sering Memerankan ART, Pernah Raih Penghargaan Asia Pasifik
Film pertama yang dibintangi Yati berjudul Inem Pelayan Seksi (1975). Kepopulerannya kian melejit setelah bermain dalam film Perawan Desa.
Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Nama Yati Surachman mendadak ramai jadi perbincangan publik.
Aktris senior ini mulai terjun ke industri hiburan Tanah Air sejak 1970.
Sudah 50 tahun di dunia entertainment, wajahnya masih wara-wiri menghiasi layar kaca.
Ya, meski sudah usia senja, Yati Surachman masih aktif bermain peran.
Baca juga: Curhat Yati Surachman Soal Perfilman Indonesia, Merasa Pemain Senior Kurang di Hargai: Honor Diinjak
Baca juga: Untuk Menyambung Hidup dan Biayai Orangtua yang Sakit, Artis Yati Surachman Sampai Pinjam Uang
Peran yang kerap ia mainkan adalah sosok nenek dan asisten rumah tangga (ART).
Beberapa waktu lalu, Yati sempat membuat pengakuan mengejutkan.
Blak-blakan Yati mengaku terdampak kesulitan ekonomi karena pandemi Covid-19.
Lantaran pekerjaannya harus berhenti saat awal pandemi Maret 2020, silam.
Lantas, siapakah sosok Yati Surachman ini sebeneranya?
Mengutip Kompas.com, Yati Surachman lahir di Yogyakarta, 8 Agustus 1957.
Film pertama yang dibintangi Yati berjudul Inem Pelayan Seksi (1975).
Kepopulerannya kian melejit setelah bermain dalam film Perawan Desa, garapan Franky Rorimpandey.
Berkat perannya dalam film tersebut, Yati berhasil meraih penghargaan Best Actress di Festival Film Asia Pasific pada 1980.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata itu, Yati berperan sebagai Sum Kuning.
Dikisahkan, Sum Kuning adalah seorang perempuan penjual telur.
Sum menjadi korban perkosaan sejumlah anak muda dari keluarga pejabat.
Yati pernah membintangi sinetron-sinetron ternama, di antaranya Pernikahan Dini, Dukun Palsu, dan Nyoman dan Presiden.
Pada 1995, berkat Dukun Palsu Yati masuk nominasi pemeran utama wanita terbaik pada Piala Vidia.
Piala Vidia merupakan ajang penghargaan untuk sinetron Indonesia.
Yati dikenal sering mendapatkan peran sebagai seorang nenek-nenek baik di dalam film atau sinetron.
Sering Direndahkan Gara-gara Peran ART
Masih dari Kompas.com, Yati mengaku sering direndahkan oleh orang banyak gara-gara memerankan sosok ART.
Meski begitu, Yati tidak ingin mengambil pusing dan mempedulikan omongan orang-orang yang merendahkannya.
"Banyak (direndahkan orang lain), tapi buat saya, saya selalu pakai ilmu padi, artinya kalau memang orang mau merendahkan saya."
"Jadi biar Tuhan yang kasih karma, dia merendahkan saya, dia akan direndahkan orang lain," kata Yati dalam wawancara bersama Kompas.com 12 Juni 2020, lalu.
Ia kemudian mencontohkan cacian yang sering dilontarkan orang lain terhadapnya.
"Cuma banyak orang yang menganggap 'oh yang jadi suka pemeran pembantu', mereka tidak nontonnya (sampai) selesai," ujar Yati.
Baca juga: Curhat Yati Surachman: Merasa Pemain Senior Kurang Dihargai hingga Honor Tak Adil
Baca juga: Tak Lagi Punya Penghasilan, Yati Surachman Pinjam Kartu Kredit ke Keponakan
Kritik Sinetron Zaman Sekarang
Yati Surachman menilai sinetron dulu dan sekarang memiliki perbedaan yang signifikan.
Ia mengklaim sinetron sekarang acap kali lebih mementingkan kuantitas, bukan kualitas.
Menurut Yati, hal itu terjadi lantaran produksi yang terus dikejar untuk memenuhi target.
"Sekarang sih memang bukan kualitas, kebanyakan kuantitas. Karena katanya istilah produser sudah (beriringan) bersama industri."
"Jadi produksinya harus terus, harus terus, harus terus," papar Yati.
Pemeran film Malaikat Tak Bersayap itu sangat menyangkan apa yang terjadi di dunia sinetron Tanah Air.
Yati mengungkapkan, dulu memiliki impian bahwa sinetron memberikan cerminan yang baik untuk penontonnya.
Mirisnya, kini justru banyak pelaku kejahatan yang bercermin dari salah satu sinetron Tanah Air.
"Karena saya sering denger tuh. Misalnya ada pembunuhan, saya kan berteman sama siapa aja, terus polisi bilang 'ini gara-gara dia (nonton) sinetron'," kata Yati
"Sebetulnya saya dari tahun 1980 berharap, kita sebagai pembuat juga memberikan contoh yang baik, supaya karya kita jadi panutan," sambung Yati.
Dampak Covid-19, Yati Surachman Sempat Berutang
Dampak Covid-19 Yati tak ada pemasukan dari hasil syuting.
Akibatnya, Yati terpaksa berutang agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Iya bingung sih, mau kerja bingung mau kerja apa."
"Ya parno sih karena kan kalau dengar info harus cuci tangan apa segala macam (kalau keluar rumah)," ucap Yati dilansir dari channel YouTube Cumicumi.
Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Yati kini juga harus menanggung kebutuhan ibunya.
"Ya kebetulan ini ibu saya kan lagi sakit, jadi saya gantian sama adik saya yang tinggal di sini."
"Karena kan makannya, tidurnya juga enggak banyak," ucap Yati.
Untuk menyiasati kebutuhannya di tengah pandemi Covid-19, Yati mengaku harus berutang.
Ia sempat meminjam kartu kredit keponakannya sembari menunggu honornya turun.
Yati tahu banyak orang tidak percaya dia mengalami kesulitan ekonomi hanya karena dia seorang artis.
"Mau minta tolong pada enggak percaya kalau saya enggak punya duit."
"Soalnya di Indonesia itu terbentuk mindset kalau bintang film pasti punya banyak duit," ucap Yati.
Rencana Jual Rumah Rp 1 Miliar
Sempat beredar kabar jika Yati ingin menjual rumah tempat tinggalnya. Apa alasan Yati?
Kepada Kompas.com wanita 64 tahun itu mengaku ingin menikmati sisa hidup dengan suasana rumah berbeda dari sebelumnya.
Terlebih rumah yang ia tempati saat ini adalah bangunan tua.
"Alasannya karena (rumahnya) sudah tua, sudah 26 tahun."
"Dengan kesendirian saya, ya saya mau menikmati sisa hidup aja sih," kata Yati.
Namun sebelum menjualnya, Yati berencana melakukan renovasi.
Ia berharap dengan merenovasi rumah Yati bisa memberi kenyamanan pada orang yang akan membelinya.
Yati menjual rumah lamanya itu dengan harga Rp 1 miliar, dan luas tanah sebesar 117 meter persegi.
Berita terkait Yati Surachman lainnya
(Tribunnews.com/ Dipta)(Kompas.com/ Rinta Puspita Sari/ Baharudin Al Farisi/ Firda Janati)