Pakar: Diet Non-Karbohidrat pada Pasein Kanker Usus Besar Harus Diawasi Dokter
Kanker usus besar stadium lanjut (IV) dapat terjadi ketika sel kanker atau sel kanker tidak merespons pembedahan atau kemoterapi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kanker usus besar stadium lanjut (IV) dapat terjadi ketika sel kanker atau sel kanker tidak merespons pembedahan atau kemoterapi.
Walaupun pasien sudah diobati dari awal, jika jenis sel kankernya sulit, maka pengobatan yang diberikan dokter tidak memberikan respon.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, Vicky Sumarki Budipramana menjelaskan, penderita kanker dianjurkan untuk menjauhi makanan karbohidrat supaya sel kanker dalam tubuhnya mengalami kelaparan dan akhirnya mati.
Baca juga: Luna Maya Ungkap Pengalamannya Pertama Jalani Diet, Sampai Tak Bisa Tahan BAB Saat Kemudikan Mobil
Baca juga: Tak Diet, Jennifer Jill Akui Berat Badannya Turun sampai 14 Kg hingga Ungkap Ketakutan Ajun Perwira
Pasalnya, sel kanker menggunakan gula sebagai makanan, sel kanker tidak dapat menggunakan protein dan lemak sebagai sumber kalori. Sedangkan sel normal bisa menggunakan segalanya, yaitu karbohidrat, protein dan lemak sebagai sumber kalori.
“Diet non-karbohidrat diberikan pada penderita kanker yang sudah tidak dapat diberi pengobatan anti kanker dengan harapan sel kanker mengalami kelaparan dan akhirnya mengkerut. Kebutuhan kalori pada penderita tersebut hanya dipenuhi oleh bahan protein dan minyak dengan perhitungan jumlah kalori yang diperoleh adalah cukup sesuai dengan kebutuhan kalori tubuh dalam sehari,” paparnya dikutip dari keterangannya, Senin (28/2/2022).
Ia menerangkan, dalam beberapa hari pertama, pemberian diet non-karbohidrat, penderita akan merasa lapar karena komposisi diet yang berubah dari kebiasaan diet sehari hari, tapi selanjutnya penderita akan beradaptasi dan terbiasa terhadap perubahan komposisi diet ini.
“Niat penderita untuk sembuh dari kanker perlu ditanamkan sehingga penderita dapat patuh pada program diet yang direncanakan. Diet non-karbohidrat adalah aman bagi penderita, diet ini sudah dipakai sebelumnya pada kasus epilepsi dengan hasil baik dan tidak menimbulkan problem serius pada fungsi tubuh,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dokter spesialis bedah itu menyebut jenis makanan yang mengandung karbohidrat antara lain adalah beras, beras merah, kentang, singkong, ketela, roti, tepung, mie dan jenis lain yang merupakan olahan dari bahan tersebut.
Kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh penderita dalam sehari akan diukur berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kemudian diperhitungkan jumlah protein dan lemak yang diperlukan tanpa memasukkan bahan karbohidrat.
“Pada penelitian yang kami lakukan, hanya dalam waktu tiga minggu pemberian diet non-karbohidrat terbukti sudah dapat menurunkan agresivitas sel kanker secara signifikan,” ujarnya.
Pemberian diet non-karbohidrat perlu pengawasan dokter, karena harus ada penggantian komposisi diet hanya dari protein dan minyak saja sudah dapat memenuhi kebutuhan kalori dalam 24 jam.
Penurunan jumlah asupan karbohidrat, tidak boleh diberikan secara mendadak, tapi perlu dilakukan penurunan secara bertahap untuk memberikan kesempatan tubuh penderita beradaptasi terhadap komposisi diet yang baru.
Setelah hari ketiga dilakukan pemeriksaan kadar keton pada kencing untuk memastikan bahwa tubuh penderita sudah dapat menggunakan minyak sebagai sumber kalori.
“Pemecahan minyak dalam tubuh akan menghasilkan keton dimana keton ini akan dibuang oleh tubuh melalui kencing, berarti bahwa tubuh sudah dapat menggunakan minyak sebagai sumber kalori. Pemberian protein dibatasi maksimal 2 gr/kg berat badan untuk menjaga agar ginjal tidak menanggung beban terlalu tinggi dalam peningkatan metabolisme protein,” kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.