Sempat Hampir Meninggal karena Tsunami, Ifan Seventeen: Gue Udah Capek, Nggak Ada Tenaga Lagi
Sempat hampir meninggal karena tsunami, Ifan Seventeen menceritakan perjuangannya untuk menyelamatkan diri.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Salma Fenty
TRIBUNNEWS.COM - Grup band Seventeen mengalami tragedi buruk saat manggung di Tanjung Lesung, Banten.
Pada 22 Desember 2018, mereka mengalami bencana tsunami yang akhirnya merenggut nyawa ketiga personel Seventeen.
Ketiganya yakni M Awal Purbani (bass), Herman Sikumbang (gitar), dan Windu Andi Darmawan (drum).
Tak hanya itu, Ifan juga kehilangan istrinya pada saat itu, Dylan Sahara.
Dikutip dari YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Selasa (12/4/2022), Ifan menceritakan perjuangannya menyelamatkan diri dari tsunami tersebut.
Baca juga: Kenangan Pilu Ifan Seventeen Saat Tsunami Renggut Nyawa Istrinya, Ajak Ngobrol Jenazah Dylan Sahara
Awalnya Ifan tertimpa atap panggung yang membuat dirinya tenggelam.
Tak menyerah, ia pun berusaha untuk naik ke permukaan laut.
"Jadi air dari belakang, (panggungnya) jatuh masuk, guanya lompat."
"Rigging (atap panggung) nimpa kepala, pingsan gue."
"Iya muter-muter (air lautnya), sambil mikir gue dalam air 'Berarti gue harus naik ke atas, gue harus ngambang'," tuturnya.
Namun, saat itu tubuh Ifan terlilit oleh kabel.
Ia berusaha untuk tidak panik.
"Tapi di badan gue ada kabel, gue tuh orangnya nggak panik."
"Gue mikir gini 'Ini kalau di film, jagoan-jagoan nggak boleh panik'," tuturnya sambil tertawa.
Vokalis grup band Seventeen itu kemudian melepaskan kabel secara perlahan dan berenang naik ke permukaan.
"Gue bilang sama diri gue nggak boleh panik, jadi gue pelan-pelan, masih ditahan (napasnya)."
"Setelah berhasil gue lepas, gue ke atas," ucapnya sambil menarik napas seperti layaknya orang yang lama menyelam.
"Orang teriak tsunami tsunami, baru gue tau itu tsunami, nangis gue, nangis mengeluh 'Ini apa sih', gue pikir itu mimpi," lanjutnya.
Setelah itu, air laut pun mulai menarik badannya mundur ke arah tengah laut.
"Udah selesai, tiba-tiba berhenti, tiba-tiba kok airnya mundur mundur mundur."
"Oh dia narik dulu?" tanya Denny Sumargo.
"Narik, narik lagi ke tengah laut," jawab Ifan.
Pada saat ke tengah laut, Ifan bersama dengan banyak orang yang juga berjuang menyelamatkan diri.
"Terus jauh ke laut, abis itu ada orang narik tangan gue, dari situ gue langsung tau 'Oke, saatnya ini orang saling tarik menarik satu sama lain'."
"Kan itu rame banget, perkiraan gue sekitar 80-100 orang, dikumpulkan di tempat yang sama di tengah laut."
"Nggak mungkin semuanya bisa berenang, yang bisa berenang pun setengah panik setengah nggak panik," lanjut Ifan.
Waktu itu, ada satu orang yang memegang sikunya.
"Ada satu orang dia megang siku gue, gue sikut-sikut."
"'Jangan pegang tangan saya, pegang barang lain, karena kalau pegang tangan saya, kita berdua mati'," ucapnya pada orang tersebut.
"Nggak tau kenapa dia bisa denger instruksi gue, ada meja setengah lingkaran, dia megang itu."
"Dia megang di ujung satu itu, gue pegang (ujung) satunya, masih ngapung akhirnya," sambung Ifan.
Tak lama setelah itu, ada seorang bapak yang tenggelam di tengah laut.
Saat itu, pemilik nama lengkap Riefian Fajarsyah menyerah dan merasa hampir meninggal.
Ia merasa sudah tidak kuat lagi.
"Tiba-tiba ada bapak-bapak ke tengah-tengah, tenggelem nggak kuat."
"Di situ gue udah nyerah, udah cukup lah."
"Ya Allah udah cukup deh gue, gue udah capek, udah nggak ada tenaga lagi," ujarnya saat itu.
Bahkan, ia pun membaca dua syahadat dalam Islam.
Namun, setelah itu Ifan masih dapat menyelamatkan diri dengan berhasil mengapung.
Ia bersama empat orang lainnya memegang sebuah kotak besar.
"Kira-kira dua jam terombang-ambing di tengah laut, terus gua baca doa shalawat," tuturnya.
Sambil terombang-ambing, pria berusia 39 tahun itu menemukan karang.
Ia berdiri pada karang tersebut bersama dengan satu orang lain yang tingginya kurang dari dirinya.
Ifan memegang tangan laki-laki tersebut yang merupakan karyawan hotel yang ia temui sebelum manggung.
Sementara itu, terdapat dua perempuan yang masih memegang kotak yang ia lepas dan semakin menjauh.
Sedangkan seorang bapak sebelumnya sudah melepas kotak tersebut dan berpindah ke sebuah batang pohon besar yang mengapung.
Ifan dan laki-laki tersebut beberapa kali mengikuti arus menuju pantai.
"Tiba-tiba gue ngerasa ada arus yang menuju ke pantai, gue lepas kaki gue."
"Gue ikutin arusnya sambil kaki nendang-nendang nyari karang, dapet," sambungnya.
"Begitu arusnya balik lagi ke laut, gue tahan badan gue."
"Begitu arusnya mau ke pantai lagi, ikutin lagi," tambah Ifan.
Sekitar 5-6 kali dirinya melakukan hal tersebut hingga akhirnya berhasil menuju pantai.
"Itu ada 5-6 kali lah, terus sampai ke pantai," ucapnya.
Untuk pertama kalinya, Ifan mencari keluarganya, mulai dari istri, kembaran, hingga personel Seventeen.
"Nyari istri yang pasti, nyari anak-anak Seventeen, nyari kembaran gue, nyari adik gue, nyari keluarga."
"Begitu gue sampai pantai gue pingsan, dibawa sama security ke klinik," sambungnya.
Saat itu, klinik penuh dengan para korban tsunami.
Akhirnya, Ifan meminta untuk diantar ke salah satu rumah warga guna bersih-bersih dan kembali ke pantai mencari keluarga.
"Yang ketemu mayatnya Aa Jimmy sama bassist gue."
"Lu lanjut cari, ketemu?" tanya Denny.
"Nggak ada yang ketemu, akhirnya nggak ada yang ketemu," jawabnya.
Ifan juga mengatakan bahwa mayat di darat ternyata jauh lebih banyak dibandingkan di laut.
Hal ini menjadi faktor dirinya dan orang-orang di laut tidak mendapat bantuan.
"Berapa total korban jiwa setau lo?" tanya Denny.
"Di villa itu aja ya setau gue di situ total 250 orang sekian."
"Yang meninggal 165 an, lebih dari 60 persen," jawabnya.
Lebih lanjut, Ifan mengaku bahwa kembaran dan sebagian kru selamat saat ia temui di klinik.
"Kalau kembaran gue ternyata di klinik, selamet."
"Kru, manajer, ketemu semua di klinik, selamet."
"Yang nggak ketemu drummer, gitaris, road manager, kru, istri," imbuhnya.
Namun, istrinya dan semua personel Seventeen, kecuali dirinya meninggal.
Mereka ditemukan setelah pencarian selama tiga hari.
"Akhirnya ketemu (jadi mayat), tiga hari kemudian," tutup Ifan Seventeen.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Berita lainnya terkait Ifan Seventeen