Amanda Zahra Tulis Surat Diduga untuk Arawinda Kirana: Aku Tak Habis Pikir Kamu Melakukan Itu Semua
Amanda Zahra menuliskan surat untuk wanita selingkuhan suaminya yang diduga Arawinda Kirana.
Penulis: Salma Fenty Irlanda
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Amanda Zahra tampak menguraikan curhatan panjang melalui akun Twitter-nya @amndzahra setelah KITE Entertainment merilis pembelaan terhadap Arawinda Kirana.
Ia membagikan tiga buah gambar yang merupakan tangkap layar dari catatan di HP-nya.
Tiga buah gambar itu berisi curhatan Amanda Zahra dalam Bahasa Inggris.
Baca juga: Ibu Amanda Zahra Murka Agensi Chicco Jerikho Bela Arawinda Kirana: Jangan Hancurkan Hidup Anak Saya
Ia terlihat mencurahkan perasaannya sekaligus melayangkan sindiran pada pelakor yang diduga Arawinda Kirana.
Amanda sekaligus menggambarkan apa yang sudah suaminya, Guiddo Ilyasa lakukan.
"Pertama, aku tidak mengharapkan maaf dari kalian. Aku tidak mengatakan ini semua agar kalian meminta maaf. Aku hanya ingin kalian membaca dan menyadari apa yang telah kalian berdua lakukan. Karena aku mungkin pantas mendapatkan ini, tapi tidak dengan anakku," tulis Amanda.
"Aku tahu, mungkin ini akan sulit bagimu untuk memahami ini serta memiliki empati padaku. Tapi, suatu hari nanti, jika kamu menjadi ibu, tolong lihat ke belakang, oke?
Aku mengurus putraku sendirian, sebagai seorang istri sekaligus ibu. Aku tidak habis pikir kamu sampai hati melakukan hal itu. Aku menjauh karena aku terlalu sakit hati atas apa yang kalian lakukan," tambahnya.
Tidak kah kamu lihat, hasil USG yang tertempel di kulkas? Fotoku dan bayiku di belakang sofa, di sisi tempat tidurku, semua barangku dan mainan bayiku memenuhi tempat itu.
Dan aku tahu, kamu tidak bodoh. Aku yakin kalo kamu pernah dengar stres berpengaruh pada produksi ASI. Baiklah, aku tidak tahu apakah kalian pernah membicarakanku dan anakku. Nama anakku adalah (sensor), barangkali kamu tidak tahu dan aku masih mengASIhi anakku.
Aku meninggalkan rumah karena aku ingin sembuh dari luka yang kalian sebabkan. Aku tahu faktanya kamu mengetahui itu. Aku ingin tetap menyusui bayiku. Aku butuh bantuan merawatnya saat aku menangis. Tapi, kamu tidak berhenti di sana.
Rumah itu mungkin tidak berarti untukmu, tapi segalanya untukku. Itu dulu rumah kita, dipenuhi cinta, aku mengurus bayiku di sana. Dan seharusnya itu menjadi tempat teraman baginya hingga usia 2 tahun.
Sekarang bayiku kehilangan rumahnya karena ini. Harus melihat ibunya menangis 24/7, berteriak pada foto wajah ayahnya, dan dia rewel karena ASIku tidak keluar. Dan bahkan aku tidak bisa mengurusnya selama dua bulan ini.
Dia baru 8 bulan saat itu, ia seharusnya berada di lingkungan yang penuh cinta, rumah yang penuh cinta dengan kedua orangtua bersama. Tapi, apa yang kalian lakukan mengubah hidupnya selamanya.