Perjalanan Karier Nano Riantiarno, Wartawan dan Pendiri Teater Koma yang Meninggal Dunia
Simak perjalanan karier pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno yang meninggal dunia dalam artikel ini.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Salma Fenty
Selain itu juga menjadi anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia pada 2004.
Tahun 1997, Nano pernah menjadi konseptor dari Jakarta Performing Art Market/Pastojak (Pasar Tontonan Jakarta I) yang berlangsung selama satu bulan penuh di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
Pernah Jadi Wartawan
Tak hanya aktif di dunia teater, Nano ternyata pernah menjadi wartawan.
Ia turut mendirikan Majalah Zaman tahun 1979 dan menjadi redaktur pada 1979 hingga 1985.
Selain itu, Nano juga mendirikan Majalah Matra pada 1986 dan menjadi pemimpin redaksi.
Ia pun pensiun dari wartawan tahun 2001.
Pernah Jadi Penulis dan Dapat Berbagai Penghargaan
Selain membuat naskah teater, Nano juga pernah menulis buku kumpulan puisi, novel, serta naskah film dan televisi.
Ia pun mendapat piagam penghargaan dari Menteri Pariwisata dan Budaya sebagai Seniman dan Budayawan Berprestasi tahun 1999.
Pada tingkat internasional, ia meraih Sea Write Award dari Raja Thailand di Bangkok berkat karyanya Semar Gugat pada 1998.
Diketahui, karya skenario Nano, yakni Jakarta Jakarta meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang tahun 1978.
Sementara itu, karya sinetronnya, yakni Karina meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta tahun 1987.
Beberapa novel yang pernah ditulis Nano antara lain Cermin Merah, Cermin Bening, dan Cermin Cinta yang diterbitkan oleh Grasindo pada 2004, 2005, dan 2006.