Tuai Kontroversi, Film Barbie Dilarang Tayang di Aljazair
Film tersebut dinilai 'mempromosikan homoseksualitas dan penyimpangan Barat lainnya' yang 'tidak sesuai dengan kepercayaan agama dan budaya Aljazair'.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ALGIERS - Pemerintah Aljazair telah melarang film fantasi Amerika 'Barbie', yang telah diputar di beberapa bioskop di negara itu selama berminggu-minggu.
Menurut media lokal, Kementerian Kebudayaan dan Kesenian negara itu telah memerintahkan distributor dan bioskop untuk 'segera' menghapus film tersebut dari program mereka karena dianggap 'merusak moral'.
Sebuah sumber resmi mengatakan bahwa film tersebut 'mempromosikan homoseksualitas dan penyimpangan Barat lainnya' yang 'tidak sesuai dengan kepercayaan agama dan budaya Aljazair'.
Baca juga: Hollywood Boikot Film Barbie Masuk Rusia, Versi Bajakannya Tayang di Bioskop Siberia
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (16/8/2023), sejak dirilis 21 Juli lalu, film blockbuster yang dibintangi Margot Robbie yang berperan sebagai Barbie dan Ryan Gosling sebagai Ken telah meraup lebih dari 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dalam penjualan tiket box office di seluruh dunia.
Hal ini diumumkan Warner Bros Entertainment pada hari Minggu lalu.
Di Aljazair, film ini telah dilihat oleh lebih dari 40.000 penonton sejak debutnya, seperti dikutip dari sumber Kementerian Kebudayaan dan Kesenian yang bertugas mengawasi konten film di negara itu.
Penghapusan film yang dilakukan oleh Aljazair ini mengikuti negara-negara Timur Tengah yakni Kuwait dan Lebanon yang telah melarang film tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Kebudayaan Lebanon mendesak pelarangan pemutaran film Barbie dari bioskop pada minggu lalu.
Menteri Kebudayaan Muhammad Al-Murtada mengklaim film itu 'mempromosikan homoseksualitas' dan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Kuwait pun membenarkan keputusan untuk menyensor film tersebut serta film horor supranatural Talk to Me sebagai sarana untuk melindungi 'etika publik dan tradisi sosial'.