Tonymidi Artworks, Sukses di Industri Kreatif dan Mendunia Lewat Goresan
Tony Midiyanto alias Tonymidi yang sukses berkarya di industri kreatif dan membawa karyanya menembus pasar dunia
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adopsi digital yang kini makin masif menjadi enabler bagi siapa saja yang kreatif untuk meraih sukses sekaligus menembus peluang pasar hingga ke luar negeri yang di masa lalu sangat sulit didapatkan.
Ini sudah dibuktikan oleh Tony Midiyanto alias Tonymidi yang sukses berkarya di industri kreatif dan membawa karyanya menembus pasar dunia dari kampung tempat tinggalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.
Tony yang merupakan pemilik Tonymidi Artworks ini sukses mengkapitalisasikan karya-karya seni yang bernilai tinggi, baik dari segi estetika maupun nilai ekonomi ke dunia.
Ihwal ketertarikannya terjun di dunia kreatif, Tony mengaku sudah hobi menggambar sejak kecil. Di akun Instagram @tonymidi_artworks, Tony Midiyantopernah mengisahkan awal mula berkecimpung di industri kreatif.
Tony sempat ingin berkuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Namun, keterbatasan biaya membuatnya beralih ke jurusan Desain Grafis di Wearnes Malang, Jawa Timur.
Lulus kuliah, Tonymidi berupaya membangun karier sesuai jurusannya. Pekerjaan desain grafis di sebuah perusahaan advertising membuka jalan pertama baginya untuk memasuki dunia industri kreatif pada tahun 2008.
Selagi menekuni bidang periklanan, ia mendengar adanya informasi tentang pesanan ilustrasi dari luar negeri yang dibayar dengan mata uang dollar.
Tonymidi mencoba peruntungan dengan mengunggah karyanya ke salah satu platform desain. Ia pun terpaksa menelan pil pahit usai desain pertamanya menuai kritikan pedas dari para user platform tersebut.
Padahal, pada era 2010-an, platform desain masih terbatas jumlahnya. Namun, batu sandungan itu tidak membuatnya menyerah. Ia konsisten mengunggah karya sampai salah satu ilustrasinya laku.
Tak lama, Tonymidi memutuskan resign dari perusahaan advertising dan menjadi full time freelance illustrator sejak 2011 hingga sekarang.
Ciptakan Karya Seni Berkarakter
Bekerja lepas atau freelance adalah sebuah keputusan berani. “Perjuangan saya tidak mudah. Harus rela berlapar-lapar dulu karena saya nggak bisa bekerja di bidang lain. Waktu itu saya bermimpi jadi ilustrator kelas dunia,” ujar Tonymidi yang kini berdomisili di Banyuwangi.
Setelah beberapa tahun struggling, karya Tonymidi mulai dilirik klien-klien internasional. Pada 2015, Divisi Merchandise Universal Studio mengontak dirinya untuk project ilustrasi beberapa band di bawah label Universal Music. Tawaran itu merupakan buah kesabaran Tonymidi yang konsisten menggarap band merchandise artworks selama bertahun-tahun.
Ia mampu menciptakan karya seni berkarakter kuat dengan classic vibe dan gaya Victorian yang khas versi Tonymidi. Mayoritas karyanya mengusung style line art dengan pena dan tinta, dua senjata sederhana ilustrator.
Di tangan Tonymidi, goresan pena dan tinta bisa melahirkan karya luar biasa yang kaya akan detail. Ia piawai memainkan unsur dark art sambil memadukan dengan text & lettering maupun ornamen lain.
Ini membuat karya-karya Tonymidi Artworks laris dipesan untuk desain cover album, buku, t-shirt dan merchandise, hingga desain label dan kemasan.
Tonymidi mengaku telah mengerjakan artwork merchandise untuk klien papan atas, seperti Deadpool dan Star Wars. Bahkan, beberapa band legenda dunia pernah memesan karya Tony. Sebut saja, Scorpion, Pinkfloyd, Papa Roach, dan AC/DC.
Selain klien luar negeri, Tonymidi juga menggarap karya band Indonesia. Mulai dari band legendaris Dewa, Mocca, sampai beberapa band metal ternama seperti Burgerkill dan Deadsquad.
Deretan nama mentereng itu seolah berbicara bagaimana kualitas karya Tonymidi di mata dunia.
Menggambar untuk Healing
“Saya berniat untuk terus berkarya hingga akhir karena menggambar itu passion saya, lebih dari sekadar hobi,” kata Tonymidi. Baginya, passion merupakan suatu hal yang dilakukan dengan penuh kesenangan. Hidup seolah tidak berarti jika tidak bisa melakukan hal yang ia cintai, yaitu menggambar.
“Menggambar adalah healing buat saya,” ujarnya. Kini dia menularkan kecintaan pada menggambar dengan mendirikan studio ilustrasi Wolfordeer Colony. Berlokasi di Malang dan Banyuwangi, kini Wolfordeer menaungi 6 orang ilustrator yang bekerja secara onsite di studio dan 10 orang ilustrator yang bekerja remote.
Inilah perwujudan mimpi Tonymidi, ilustrator asal sebuah desa di Banyuwangi yang mampu mendunia lewat goresan. Ia pun terus berkontribusi untuk industri kreatif lokal dengan berbagi pengalaman berkaryanya hingga kini.
Sebagai Founder and Illustrator of Wolfordeer Colony, Tonymidi menaruh harapan besar kepada komunitas kreatif di daerah.
“Saya berharap teman-teman kreatif di daerah lebih ‘garang’, jangan ragu tunjukkan taring kreatif kalian,” ujarnya.
Baca juga: Daftar Artis hingga Konglomerat Nyaleg Dapil Neraka Jabar I, Melly Goeslaw hingga Rasyid Rajasa
Ajakan ini beralasan mengingat meski kesadaran digital sudah meluas, tetapi insan kreatif di daerah masih merasa kurang percaya diri. “Sekarang bukan lagi zamannya Jakarta-sentris atau Jawa-sentris. Kita semua bisa menunjukkan eksistensi karya-karya kita secara digital hingga meraih kesempatan mengembangkan karier di kancah nasional maupun internasional,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.