Mila Rosinta Totoatmojo Dapat Peran Di Film Syirik Rela Tidak Tampil Cantik
Banyak artis yang menolak bila ditawari main film horor, apalagi perannya hantu. Tapi lain halnya dengan Mila Rosinta Totoatmojo
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Banyak artis yang menolak bila ditawari main film horor, apalagi perannya hantu. Tapi lain halnya dengan Mila Rosinta Totoatmojo, salah satu penari kenamaan di kota Yogyakarta.
"Buat saya setiap peran penting, jadi nggak masalah kalau saya harus di make up jelek. Yang penting pesan yang ingin disampaikan oleh peran yang kita mainkan sampai ke penonton," ungkap Mila Rosinta Totoatmojo yang berperan jadi hantu di film Syirik garapan Hestu Saputra di lokasi syuting Banyusoco Wonosari Gunung Kidul, Rabu (8/11/2023)
Apalagi kata Mila, begitu panggilan sayangnya di film Syirik ia menjadi Ratu Selir, yang piawai menari.
"Sosok Ratu Selir buat saya menantang banget, makanya saya terima. Makanya walau wajah saya berubah dadi elek (jadi jelek ) nggak masalah," jelasnya.
Di Film produksi Ganesa Films, Mila mesti beradu akting dengan Nikita Mirzani, Donny Alamsyah, Kinaryosih, Teuku Rassya dan Richelle.
"Seneng banget ISO main bareng artis top koyo Mbak Nikita Mirzani, Mas Donny Alamsyah, Mbak Kinaryosih. Aku dadi iso Sinau bagaimana akting yang benar dan berkualitas," ujar koreografer handal ini.
Perempuan kelahiran Jakarta, 15 Mei 1989 silam ini mulai mengenal tarian lewat salah satu kesenian daerah, yakni seni tradisi tari Bali.
Tari Bali menjadi jejak langkah awalnya masuk ke dunia tari setelah sebelumnya ia sempat menjajal berbagai macam hobi dan kesenangan melalui kegiatan kursus seperti berenang, melukis, musik, hingga modelling.
Namun dari sekian banyaknya cabang olahraga maupun bidang seni, hatinya masih terpaut pada tari. Hal tersebut semakin dibuktikan dengan kerapnya ia meraih prestasi di berbagai tingkat kota hingga nasional.
Dituntut menjadi seorang penari professional tak mudah dilakoni Mila yang kala itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Kehadiran Guru menari yang cukup keras mengajarkannya berlatih setiap hari membuat ia berpikir ulang untuk melanjutkan peranannya di dunia tari.
Namun, usaha keras yang dijalani Mila mulai terlihat memberikan hasil. Saat pertama kali mengikuti lomba ia langsung lolos tingkat nasional. Sejak saat itu dengan sejumlah prestasi yang menyusul dihasilkan, semakin yakin atas peran penari yang ia jalani dalam dirinya.
Puluhan karya telah diciptakan baik tari tunggal, duet, kelompok maupun massal, baik menggunakan medium virtual maupun langsung dan telah di pentaskan di dalam dan luar negri.
Karya Yang Pernah Melibatkan Mila Rosinta Totoatmojo:
Mother 3 Generasi (2023), Lanang Wadon (2023), Soldier Of Nusantara (2023), Jalan, Berjalan, Perjalanan (2022), Pupur, Dapur, Kasur (2021), ”SUMIRAT” (2021), “Surat Kecil untuk yg Terkasih” (2021), “HURIP” (2021), “Lathi” (2020), “When The Dancers Stay At Home” (2020), Koreografer “Teater Musikal Ayun-Ayun Negri” oleh Garin Nugroho, Koreografer Film “Doremi & You” (2019), Sleman Living Culture 100 penari (2019), Mother (2019), Dance Video “Rahim” (2018), Liberation (Collaboration with Angela Vela Mexico (2018)), Drupadi (2018), Mother Earth Project ( 2018 ), Natas Nitis Netes ( 2018 ) , Harmoni in Divercity ( 2018 ), Dualism Kolaborasi Mila R dan Tata Pragina ( 2018 ), Sleman Living Culture ( 2018 ), Rikma Solo Dance ( 2018 ) “Me-mule” with Theresia Suharti (2017), ”Mother Earth” (2017), “Glowing Earth Hour” (2017), “Mbatik” (2017), “Saraswati” (2016), “Kartini adalah Sang Ibu” dengan 1000 Penari (2016),” Bedhayan Rikma” (2015),”Canda Tua Muda” with Didik Nini Thowok (2015), “Saku Tubuh” with Ari Ersandi (2015), “Sari Menari” with Frau (2015), “Pancer” with Martinus Miroto (2105), “Aku dan Aku” (2015), “Dimensi Paralel” (2014), “Jawa Japa” with Jun Amanto (2014), “Sandya Kalam” (2014), “Anak Panah Srikandi” (2013), “Refleksi Rupa Jiwa” (2013), “Woman in Hope” (2013), “Berkaca Pada Rasa” (2013), “Zodiacos Cyclos” (2012), “Sang Kaca Rasa” (2012),”Garudeya” (2012), “Srimpi Kawung” (2011) dll. Karyanya pernah berpartisipasi dalam ASIA 3 di Yogyakarta-Japan (2009-2017), festival Tinta Tari (2015,2016), JISP (2009-2017), JIPA (2009, 2015), Galeri Indonesia Kaya (2015,2016) Asean Rice Festival (2015), JAKIPA (2014), FKY (2014,2016), ASEAN Cultural Festival di Malaysia (2013), Asean Youth Camp di Singapore (2013), Nitriam Art Festival Mumbay, New Delhi dan 5 kota lain di India (2013), ASIAN Music and Performing Arts Festival di Thailand (2011) dan beberapa festival lainnya. Mendapatkan penghargaan diantaranya Penghargaan “Ekspresi Budaya Tradisi” oleh Kementrian Hukum & HAM 2015, Penghargaan “Seniman dan Budayawan Kategori “Kreator”, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (2019), Ten Outstanding Young Person Indonesia Kategori Prestasi Budaya (2022) dll.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.