Hingga kemudian ia bertemu korban eksploitasi anak yang menyadarkannya.

"Waktu saya turun ke Bandung saya ketemu dengan salah satu anak yang dieksploitasi, tangannya itu digenggam dan dia nggak mau senyum terus saya murung sampai akhirnya saya ajak bicara dia mau terbuka dan senyum."

"Sampai akhirnya saya mikir sebaik-baiknya ilmu adalah yang bermanfaat bagi orang lain," katanya lagi, beber Virnie.

Pengalamannya tersebut membuat hatinya tergerak untuk menerapkan ilmu dari ijazah psikologi yang dimilikinya.

"Terus saya di situ kayak punya trigger, ijazah saya 10 tahun selama Ekstravaganza apa kan enggak dipakai, pakainya bulu mata ya pakai lipstik engak pakai ijazah.Ternyata bermanfaat untuk orang," tuturnya.

Sampai akhirnya, ia memutuskan menerima pinangan menjadi Wakil Bupati Lebak. 

Ia mengaku prihatin dengan daerah tersebut lantaran dinilai tak pernah tersentuh pembangunan.

"Satu setengah jam dari Tangerang Selatan ternyata ada wilayah yang nggak tersentuh. Ada yang nggak punya kamar mandi di sana saya merasa prihatin dengan keadaan itu," ujarnya.

Mulai dari situ, Virnie Ismail percaya apa yang dilakukannya selama kampanye ini bisa memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar. 

Ia mengaku tidak berekspektasi banyak mengenai kontestasi ini. 

Tapi ia percaya setiap langkah yang ditempuh pasti dicatat dan memiliki amal baik.

"Di situlah setiap langkah jadi nilai ibadah manfaatnya, bukan hanya untuk manajer aku atau asisten, aku atau anak-anakku. Tapi bisa jadi buat ibu-ibu di situ ya enggak tahu apa-apa dan matanya polos gitu."

"Terlalu sih menurut orang idealisme berlebih. Tapi buat saya waktu yang kita punya ada manfaat dan selalu dicatat samaa yang di Atas," pungkasnya.

(Tribunnews.com/M Alvian F)