Mantan Taekwondoin Nasional Kritisi Kegagalan Indonesia
Tim Taekwondo Indonesia di Sea Games-27 Myanmar yang ditargetkan 3 medali emas hanya meraih 3 perak dan 7 perunggu
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Taekwondo Indonesia di Sea Games-27 Myanmar yang ditargetkan 3 medali emas hanya meraih 3 perak dan 7 perunggu. Pencapaian sangat kontradiktif jika dibanding dengan hasil yang di raih pada Sea Games -26 tahun 2011 di Jakarta dan Palembang.
Saat itu Taekwondo berhasil menyumbangkan 6 medali emas .Legenda Taekwondo Indonesia Lamting menilai kegagalan Cabang Taekwondo di Sea games Myanmar merupakan tanggung jawab kepala pelatnas dan pelatih, mengingat para Tekwondoin tersebut sudah ditempa selama 3 tahun di Pemusatan Latihan Nasional.
"Dengan waktu 3 tahun itu sudah lebih dari cukup untuk mengetahui bagaimana kekuatan timnas maupun lawan di Sea Games, apa masih kurang untuk memikirkan hal-hal seperti itu," ungkap Lamting, penyandang DAN VII Kukkiwon yang dihubungi Rabu ( 25/12/2013).
Menurutnya, jangan cari alasan pembenaran seperti faktor usia atlet dan lainnya yang tidak masuk akal karena hasil sebuah prestasi yang dinilai adalah kemampuan dan pertanggungjawabannya bukan alasan setelah gagal.
Aktor Laga Deru dan Debu itu mencontohkan, ketika Taekwondoin Basuki Nugroho, dan Rizal Samsir sukses meraih medali emas pada Sea Games 2011 lalu di Jakarta.
“Saat itu usia Rizal dan Basuki sudah 30 tahunan, toh bisa meraih medali emas. Jadi tidak ada alasan lagi kalau atletnya memang ditempa secara serius oleh orang yang mampu menempa pasti ada hasilnya,” kata Lamting yang pernah mengemban tugas sebagai pelatih kepala Pelatnas PB TI era kepengurusan 2007-2011 binaan Grand Master Lioe Nam Khiong sebagai Wakil Ketua Umum PB TI Bidang Prestasi dan Umum.
Disamping itu katanya, tim yang diberangkatkan jelas tidak berdasarkan seleksi yang benar, lebih cenderung memilih atlet berdasarkan suka dan tidak suka, juga berdasarkan pelatih pelatnas yang notabanenya diambil dari pelatih pelatda didaerah yang justru merekrut atlet dari masing-masing daerah asal pelatih.
”Kalau seperti itu pola rekrutmennya jelas itu bukan timnas,apalagi usia mereka toh masih di kisaran18-25 tahunan, sudah terlalu banyak kepentingan didalam pelatnas,” ujarnya.
Makanya setelah Sea Games 2011 Lamting justru memilih keluar dari PB TI dan bergabung dengan UTI Pro.
Secara terpisah mantan Taekwondoin Nasional yang juga aktor laga Joseph Hungan, turut prihatin atas kegagalan Taekwondo di Sea Games -27 Myanmar.Ia mengaku kecewa ketika membaca di salah satu harian surat kabar Nasional yang menyebutkan Taekwondo gagal total di Sea Games.
”Saya prihatin sekali dengan hasil ini . Di Sea Games lalu kita mencapai 6 emas koq sekarang jadi nol,” tanya Joseph Hungan dengan nada kecewa.
Ia mengakui ketika dirinya ditunjuk sebagai Manajer Tim Nasional Sea Games 2011 persiapan tim Taekwondo ditandai dengan kehadiran berdirinya Yayasan Universal Taekwondo Indonesia (YUTI) awal 2011 yang digagas oleh Grand Master Lioe Nam Khiong.Ketika itu PB T.I dan YUTI dapat bersinergi dan membuahkan hasil yang luar biasa dengan meraih 6 medali emas dari 3 kategori poomsae yang diturunkan berhasil meraih 3 medali emas dan kyorugi 3 medali emas.
"Saat itu saya melihat GM Lioe Nam Khiong menjadi tokoh penting dibalik suksesnya tim Taekwondo pada Sea Games 2011.Dan beliau menurut Saya turun tangan langsung mengawasi secara penuh taekwondoin yang ditempa di pelatnas,” kata Joseph Hungan.
Selain di Pomsae, Grand Master Lioe Nam Khiong menurut Joseph Hungan memiliki andil besar di kategori kyorugi .Sukses Basuki Nugroho dan Fransiska Valentina merebut medali emas di Sea Games 2011 murni merupakan peran langsung Grand Master Lioe Nam Khiong.