Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Didikan Masa Kecil yang Bikin Rudy Hartono Jadi Maestro Bulu Tangkis Dunia

Inilah rahasia didikan keras di masa kecil yang membuat Rudy Hartono menjelma jadi maestro bulu tangkis dunia.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Didikan Masa Kecil yang Bikin Rudy Hartono Jadi Maestro Bulu Tangkis Dunia
Gilasport
Rudy Hartono, maestro bulu tangkis dunia 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Legenda bulu tangkis Indonesia, Rudy Hartono, berbagi cerita mengenai keberhasilannya meraih berbagai gelar juara di cabang olahraga bulu tangkis.

Pria berusia 64 tahun dikenal namanya setelah meraih delapan kali juara All England, di mana tujuh diantaranya dicapai secara berturut-turut. Rudy lahir di Surabaya 18 Agustus 1949. Dia dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya, Zulkarnain Kurniawan punya usaha pemrosesan susu sapi.

Semula Rudy tidak mempunyai cita-cita untuk menekuni cabang olahraga bulu tangkis. Ketertarikannya di cabang olahraga tepuk bulu itu baru terjadi pada usia delapan tahun. Tepatnya, sewaktu Indonesia meraih gelar juara Piala Thomas untuk pertama kali pada 1958.

“Saya waktu usia 8 tahun ditanya mau jadi apa? Ketika itu Indonesia berhasil meraih Piala Thomas untuk pertama kali. Ya, saya mau main badminton. Padahal, saya senang main bola dan berenang,” tutur Rudy ditemui di Jakarta, Minggu (23/3/2014).     

Keinginan Rudy Hartono untuk menekuni bulu tangkis mendapat sambutan hangat dari ayahnya. Zulkarnain Kurniawan memberikan arahan langsung kepada anak ketiga dari sembilan bersaudara. Sewaktu usia delapan tahun, dia sudah bangun sejak jam 05.00 WIB untuk berlatih.

“Saya bangun jam 05.00 WIB. Ayah naik sepeda, saya berlari. Semula jarak lari 1 km kemudian 10 km. Saya menempuh jarak 10 km dalam waktu 1 jam. Selama 10 tahun saya digembleng dengan cara seperti ini,” katanya.

Berita Rekomendasi

Dalam menjalani sesi latihan, Rudy Hartono mengaku selalu diberikan semangat ayahnya. Mimpi untuk menyamai pencapaian Tan Joe Hok pada 1959 sebagai orang Indonesia pertama yang meraih gelar juara All England membuat Rudy yang ketika itu berusia sembilan tahun semakin termotivasi.

“Semangat hidup paling penting apapun masalahnya. Saya di didik bagaimana supaya juara, juara itu sempurna. Kalau kamu mau juara punya komitmen. Saya sukses karena mau juara. Saya, tidak pernah berhenti sebelum juara dunia. Lakukan dengan senang hati,” kenang Rudy.

Keberhasilan diraih setelah melakukan perjuangan. Ini yang akhirnya didapat oleh Rudy Hartono. Dia meraih gelar juara nomor tunggal putra All England untuk pertama kali pada 1968. Ketika itu usianya masih 19 tahun. Konsistensi permainan diperlihatkan dengan meraih tujuh gelar juara secara berturut-turut.

Namun, Rudy menghadapi ujian di All England 1975. Pebulutangkis Denmark, Svend Prl menghentikan langkah Wonder Boy di partai puncak. Kegagalan ini tak membuat dia lemah, justru sebaliknya dia mampu bangkit dari keterpurukan.

Berselang satu tahun kemudian, dia kembali meraih juara di All England. Rudy mendapatkan pengalaman berharga dari keberhasilan itu. Dia menilai kegagalan bukanlah suatu alasan untuk menyerah. “Kegagalan jangan dijadikan alasan untuk menyerah,” tambahnya.

Rudy Hartono bermain di nomor tunggal putra. Meskipun sempat tampil di nomor ganda putra bersama dengan Indra Gunawan, namun dia tidak menunjukkan kemampuan seperti di nomor tunggal.

Selain gelar All England, Rudy Hartono pernah meraih gelar juara dunia pada 1980. Kemudian gelar kejuaraan beregu Piala Thomas pada 1970, 1973, 1976, dan 1979.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas