Pegasus Rebut Dua Kelas, Rosad Koleksi Gelar Kedua, Yoel Mengejutkan di 120 Cm
Di kelas 70-90 cm sapu bersih tiga posisi terbaik secara gemilang dilakukan oleh para penunggang remaja dari Pegasus Stable
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS,COM. JAKARTA - Perburuan gelar dari lima kelas yang dilombakan di hari terakhir Kejuaraan Berkuda Ketangkasan AE Kawilarang Memorial 2014, Minggu (14/12) di Arthayasa Stable, Depok, tetap tersaji secara mendebarkan.
Kecuali di kelas bergengsi 135 cm yang menjadi nomor khusus untuk seleknas SEA Games XVII/2015 dan hanya diperebutkan oleh sembilan rider senior, pada empat kelas lainnya terjadi persaingan ketat diantara riders lintas generasi Sambutan hangat dan apresiasi layak diberikan atas keberhasilan rider-rider remaja dari pencapaian luar biasa mereka pada empat kelas yang dilombakan. Sukses yang dicapai tentunya karena ditunjang oleh persiapan yang baik, dan tingkat kebugaran kuda masing-masing.
Di kelas 70-90 cm, sapu bersih tiga posisi terbaik secara gemilang dilakukan oleh para penunggang remaja dari Pegasus Stable. Johan Wahyu Hasmoro Prawiro, Ricky W Manarisip, dan Samuel Sampurno Prawiro mendominasi pencapaian catatan waktu terbaik.
"Kebetulan saja kuda kita sangat fresh pagi ini," kata Johan Wahyu Hasmoro Prawiro, yang menyelesaikan penampilannya dengan 'clear round' dalam waktu tercepat, 56, 22 dt.
Sukses riders Pegasus mendominasi kelas 70-90 cm ini tak terlepas dari kehadiran Samuel Sampurno Prawiro, si sulung dari keluarga Yusni Prawiro. Sambo, sapaan Samuel, bisa ikut berlomba karena berbarengan dengan kesempatan liburan dari kuliahnya di Inggris.
Sambo baru memulai kuliahnya di jurusan 'sport science' pada September lalu, sehingga tak ikut berlomba di kejuaraan 'Cinta Indonesia Open' yang digelar APM Equestrian Centre pada 30 Oktober-2 November lalu di Tigaraksa
"Saya tak pernah memikirkan berapa gelar juara yang didapat anak-anak, yang terpenting bagi saya adalah bagaimana anak-anak bisa menikmati secara baik dan benar apa yang mereka perjuangkan," ungkap Yusni Prawiro, ketika disinggung target yang diusung Pegasus.
Selain mendominasi peringkat terbaik di kelas 70-90 cm, putra Yusni Prawiro lainnya juga sukses merebut gelar juara di persaingan kelas 100 cm terbuka. Pengoleksi gelar juara di kelas ini adalah Daniel Wiseso Prawiro, yang tampil menawan dengan kuda 'Angelina Bleue' .
Daniel mengungguli seniornya di Pegasus, Raymen Kaunang, yang pada kesempatan ini turun atas nama Dwima Turangga Equestrian, dan rider remaja Universitas Budi Luhur, Justin Bongsoikrama. Di kelas 110 cm terbuka, gelar juara direbut Rosad Natsir, rider muda dari Anantya Riding Club.
Ini menjadi gelar kedua bagi Rosad, setelah sehari sebelumnya sukses menguasai kelas 120 cm. Di kelas 110 cm terbuka ini, dari 17 riders yang berseteru, penentuan juara harus dilakukan melalui 'jump-off' diantara empat riders yang sama-sama membuat 'clear round'. Yakni, Raymen Kaunang (Maestro Blanco/Pegasus), Rosad Natsir (Taprika/Anantya), Marco Wowiling (I'm Special/Universitas Budi Luhur), dan Alla Poloumieva (Denver Ts/Arthayasa Stable).
Pada 'jump-off', Rosad Natsir dan Raymen sama-sama kembali membuat 'clear round', sementara Marco Wowiling dan Alla Poloumieva membuat beberapa angka kesalahan. Pada 'clear-round' yang kedua itu, catatan waktu Rosad 51,77 dt, sedangkan Raymen 52,21 dt, sehingga Rosad yang lebih berhak menempati peringkat pertama.
Di kelas terakhir yang dilombakan, 120 cm terbuka, penentuan juara juga melalui 'jump-off' dan Yoel Momongan 'terselematkan' secara dramatis untuk merebut gelar. Rider muda dari Bandung Equestrian Center (BEC) yang menunggang 'Chris De Rose' itu membuat empat angka kesalahan saat 'jump-off', dengan catatan waktu 59,57dt.
Dadang Suryatna, rider senior dari Aragon, ikut-ikutan membuat empat angka kesalahan pada 'jump-off', dengan catatan waktu 60, 04 dt, Peluang besar untuk menggapai gelar terpampang dihadapan Nuriman, rider JN Stud.
Dia hanya perlu tampil 'safety' pada kesempatan 'jump-off''-nya itu. Namun, Nuriman yang membesut 'JN Motivation' bukannya makin termotivasi dari kegagalan Yoel dan Raymen ikut-ikutan pula luput memanfaatkan peluangnya secara maksimal.