Rexy Mainaky: Kejurnas itu Lebih Tinggi Kelasinya dari Sirnas
PP PBSI mengumumkan ketentuan baru mengenai implikasi dan mekanisme sistem kejuaraan Kejurnas
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PP PBSI mengumumkan ketentuan baru mengenai implikasi dan mekanisme sistem kejuaraan Kejurnas, Sirnas dan Junior Masters di Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah, Senin (9/11).
Acara ini dihadiri oleh perwakilan Binpres dari 12 klub bulutangkis besar dan pengurus provinsi di seluruh Indonesia.
Pada pelaksanaan kejuaraan nasional (Kejurnas) mendatang, akan terjadi beberapa perubahan. Kejurnas akan dibagi menjadi 2 divisi, yaitu divisi 1 dan divisi 2. Bagi para juara divisi 2 taruna wajib naik ke divisi 1 dengan catatan masih masuk kategori usia taruna.
Sedangkan para juara Divisi 1 kelompok taruna dan dewasa mempunyai hak untuk masuk pelatnas dengan masa percobaan 6 bulan. Ada 4 kriteria penilaian yang akan menjadi acuan pada masa percobaan tersebut yaitu; aspek kesehatan, fisik, prestasi kejuraan dan penilaian attitude.
“Kalau kita tidak membuat Kejurnas sebagai ujung tombak untuk pemain punya hak masuk Pelatnas, Kejurnas tidak ada artinya dibanding dengan Sirnas. Karena Sirnas digunakan untuk mengumpulkan poin menuju Junior Master. Jadi ujung-ujungnya, Sirnas akan lebih tinggi dari Kejurnas. Padahal Kejurnas merupakan suatu turnamen yang lebih tinggi dari Sirnas,” kata Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
“Seperti contohnya kejuaraan super series premier, ujung-ujungnya dia punya final super series, itu yang paling tinggi. Jadi siapa yang menjadi juara di final super series, itu kan sudah yang terbaik dari yang terbaik. Jadi istilahnya kami ingin membuat kembali lagi Kejurnas menjadi suatu yang sakral. Bagaimana pun Kejurnas harus menjadi yang terbaik dan menjadi penilaian terakhir atlet untuk masuk ke Pelatnas,” papar Rexy.
“Pemain yang sudah di Pelatnas juga akan ikut di Kejurnas, tapi pasti di kelas dewasa, bukan lagi di taruna. Kalau misalnya pemain Pelatnas yang sudah lima atau enam tahun di Pelatnas dan kalah dari pemain non Pelatnas, itu harus dipertanyakan potensinya untuk di Pelatnas. Berarti ada yang salah di Pelatnas. Ini juga menjadi suatu motivasi bagi pemain luar Pelatnas untuk bisa bersaing dengan pemain Pelatnas. Dan untuk pemain Pelatnas juga termotivasi untuk tidak mau kalah dengan pemain luar Pelatnas," tambah Rexy.
“Kalau atlet Pelatnas kalah, ini akan menjadi catatan pelatih untuk dievaluasi. Nanti saya tinggal terima laporan untuk ditindaklanjuti. Ini tidak boleh menjadi beban atlet Pelatnas, tapi menjadi tolak ukur dia melihat kemampuannya. Akan ada banyak penilaian juga dari pelatih, ketika Ihsan misalnya kalah dari Tommy, akan dilihat juga kemampuannya selama ini,” kata Rexy lagi.
Di sisi lain dari Junior Masters tetap akan menjadi investasi pemain bagus Indonesia, serta untuk mempersempit gap antara klub dengan Pelatnas.
Mulai tahun ini pelaksanaan Junior Masters akan berubah. Jika sebelumnya dilakukan di bulan desember, kali ini akan mundur ke bulan Januari. Tindak lanjut hasil junior masters, para juara U-19 dan U-17 mendapatkan kesempatan magang di Pelatnas selama enam bulan.
Untuk memberikan pengalaman bertanding di kelompok beregu, maka akan digelar kejuaraan beregu Superliga Junior yang diikuti oleh para pemain U19 dengan format Thomas Uber. Kejuaraan ini akan dilaksanakan 1 tahun sekali dan pemain asing tidak diperbolehkan ikut dalam kejuaran ini.
Sementara itu, dari sirkuit nasional (sirnas), akan terjadi penurunan jumlah kota dalam pelaksanaannya, dari 10 kota menjadi 8 kota.
Delapan kota tersebut dibagi menjadi 6 kota untuk sirnas biasa, sementara dua kota lainnya untuk Sirnas Premier. Hal ini dilakukan untuk menurunkan intensitas pertandingan nasional yang cukup padat, sehingga atlet muda berkesempatan memaksimalkan potensinya dengan latihan terlebih dulu.