Didukung APL, Hanenda Berjaya Juara Tenis Meja Internasional Penang
Dukungan penuh dari Agung Podomoro Land (APL) mengangkat Klub Hanenda berhasil mengharumkan nama Indonesia
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dukungan penuh dari Agung Podomoro Land (APL) mengangkat Klub Hanenda berhasil mengharumkan nama Indonesia pada Kejuaraan Tenis Meja Internasional Penang, Malaysia. Tim Ibukota itu berjaya merebut gelar bergengsi beregu putra setelah di final menaklukkan tim tangguh Singapura.
Ketua Klub Hanenda APL, Ferry Syukur kepada wartawan di Jakarta, Rabu (30/12) menjelaskan, dukungan dari APL mampu mendongkrak prestasi Hanenda. Bahkan selama berkerja sama dengan APL, Hanenda selalu meraih gelar dalam turnamen yang diikuti di dalam maupun luar negeri.
“Keberhasilan di Penang melanjutkan tradisi juara Henenda APL yang sebelumnya berjaya di Turnamen Internasional IPB Terbuka dan juga kejuaraan seri di Amerika Serikat. Kami berharap hasil positif ini bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan tahun depan,” ujar Ferry.
Dijelaskan, dalam kejuaraan di Penang, Hanenda APL menurunkan formasi pemain campuran dari Indonesia dan China. Dalam kesempatan ini, Hanenda APL diperkuat dua pemain China, Wang Lin Kun dan Yeng Meng Hui yang sebelumnya juga didatangkan untuk turun di IPB Terbuka. Pemain asing ini dilapis oleh pemain andalan Hanenda APL, M Bima Abdi Negara dan Arif Irawan.
Ferry mengaku gembira karena kepastian Hanenda APL berjaya di Penang ditentukan oleh duet Indonesia/China, Bima/ Yeng Meng Hui. Melalui pertarungan ketat Bima/Yeng menundukkan pasangan andalan Sun Sports Singapura untuk memastikan kemenangan 3-2.
Meskipun demikian, Ferry menyatakan, dari pengamatannya selama kejuaraan yang berlangsung pada 19-20 Desember lalu tampak para pemain Indonesia tertinggal jauh dari pemain-pemain luar negeri. Karena itu dia mengharapkan masalah ini menjadi perhatian serius para pembina tenis meja Indonesia. Sudah saatnya semua memikirkan pembinaan prestasi pemain Indonesia agar tidak semakin tertinggal.
“Untu apa ribut soal kepengurusan. Mari bergandengan tangan memperbaiki pembinaan. Kita sudah makin tertinggal. Saatnya semua untuk introspeksi diri,” kata Ferry melanjutkan.
Memang, katanya, pembinaan di tingkat awal menjadi urusan klub namun kelanjutannya menjadi tanggungjawab organisasi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI). Organisasi harus bertanggungjawab terhadap kemerosotan prestasi ini. Untuk itu semua jangan hanya mementingkan ego pribadi da kelompok.
“Semua harus mengarah untuk kemajuan tenis meja Indonesia. Apalagi organisasi didanai uang negara melalui APBN. Jadi harus dipertanggungjawabkan dengan prestasi. Bukan dengan ribut-ribut,” tegasnya.
Dalam kondisi seperti itu Hanenda bisa tetap berjalan membina pemain karena ada dukungan dari APL. Namun bila kondisi pertenismejaan nasional terus kurang kondisif maka dukungan sponsor bisa berkurang.