Meski Dianggap Gila, Sprinter Palestina Ini Ingin Menangkan Medali untuk Rakyatnya
Palestina kekinian tetap menjadi negara miskin yang porak-poranda akibat invasi Israel, meski banyak negara lain sudah mengakui eksistensinya.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, RAMALLAH – Palestina kekinian tetap menjadi negara miskin yang porak-poranda akibat invasi Israel, meski banyak negara lain sudah mengakui eksistensinya.
Berbagai infrastuktur fasilitas umum untuk kemajuan masyarakat, sulit dibangun lantaran kerap diterjang bom tentara Israel.
Secara umum, kondisi tersebut menyebabkan Palestina sulit memajukan bidang olahraganya.
Namun, seperti dilansir laman berita TheNational.ae, Senin (11/1/2016), situasi itu tidak lantas memadamkan semangat sprinter Palestina, Mohammed Khatib.
Bahkan, Khatib tetap berupaya mewujudkan cita-cita terbesarnya pada Olimpiade 2016: memberikan medali untuk kali pertama kepada Palestina.
“Aku akan keras berusaha mengikuti olimpiade di Brasil tahun ini. Aku ke sana untuk satu tujuan, memenangkan medali! Ini untuk rakyat Palestina, dan menunjukkan kepada dunia bahwa Palestina adalah negara berdaulat,” tegas Khatib yang berusia 25 tahun itu.
Lari di Jalan Aspal
Ia menuturkan, berbagai persiapan terus dilakukan meski tak memiliki infrastuktur olahraga yang memadai.
Khatib mengungkapkan, ia harus berlatih lari cabang 100 meter bukan di lintasan lari.
Mohhamed Khatib tengah berlatih lari di jalanan beraspal di Ramallah, Palestina.
“Kami tak memiliki lintasan lari. Itu sungguh tak mungkin di bawah penjajahan Israel. Karenanya, aku berlatih lari di jalan beraspal, meski rentan mencederai,” tuturnya.
Khatib mengakui, cita-cita untuk mempersembahkan medali pertama olimpiade kepada Palestina bermula pada tahun 2013.