Eddy Saddak: PT Pulo Mas Jaya Jangan Melakukan Aktivitas Dulu
Ketua Umum PP Pordasi Mohammad Chaidir Saddak, MBA, menyatakan, PT Pulo Mas Jaya sebagai pemilik lahan dari kompleks pacuan kuda Pulo Mas
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Ketua Umum PP Pordasi, Mohammad Chaidir Saddak, MBA, menyatakan, PT Pulo Mas Jaya sebagai pemilik lahan dari kompleks pacuan kuda Pulo Mas, Jakarta Timur, diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa-apa terkauit dengan rencana pembuatan venues untuk perlombaan equestrian Asian Games XVIII/2018.
Hal itu, kata Ketum PP Pordasi, sebagai konsekuensi dari disetujuinya rancangan disain venues equestrian yang dibuat oleh PP Pordasi oleh Kongres Federasi Equestrian Asia (AEF) pekan lalu di Pattaya, Thailand.
Eddy Saddak, panggilan Ketum PP Pordasi itu, didampingi Sekjen PP Pordasi Wijaya Mithuna Noeradi menghadiri Kongres Tahunan AEF yang salah satu agenda utamanya adalah terkait pentas equestrian Asian Games XVIII/2018, baik venues serta kelas dan nomor-nomor yang diperlombakan.
"Sementara ini yang terpenting, PT Pulo Mas Jaya selaku pemilik lahan dari kompleks pacuan kuda Pulo Mas, tidak melakukan aktivitas tertentu, khususnya yang berkaitan dengan perlombaan equestrian Asian Games XVIII/2018 tersebut," jelas Eddy Saddak dalam penjelasan khususnya kepada Tribunnews.com, Senin (18/4).
Sehubungan dengan perlombaan berkuda ketangkasan Asian Games XVIII/2018 itu, yang sementara sudah dipastikan adalah bahwa akan dibangun venues baru di kawasan Pulo Mas itu.
Namun, PT Pulo Mas Jaya selaku BUMD milik Pemprov DKI Jaya sementara ini sudah memperoleh disain yang dirancang oleh designer Singapura.
Akan tetapi, seperti ramai diberitakan pekan lalu, desain venues equestrian Asian Games XVIII/2018 hasil rancangan designer Singapura tersebut dibuat dengan menghilangkan seluruh lahan yang selama ini dimanfaatkan untuk pacuan kuda.
Kontan saja hal itu menyulut kemarahan komunitas pacuan. Mereka menyatakan, arena pacuan kuda Pulo Mas yang beberapa kali direvitalisasi itu sarat dengan sejarah. Dengan demikian, menghilangkannya adalah dosa, sebuah kenistaan.
Dari penjelasan Eddy Saddak, desain yang mereka rancang dan disetujui oleh seluruh peserta Kongres AEF di Pattaya dibuat secara simpel, sederhana. Intinya, mereka merancang venues equestrian itu tanpa harus meniadakan fungsi dari trek pacuan.
Bahkan, "Kita bisa bikin venues baru equestrian bertaraf internasional, sementara trek untuk pacuan kita revitalisasi lagi, modernisasi lagi," terang Eddy Saddak.
Jadi, sekali merengkuh dayung, dua pulau terlampaui. Venues equestrian bisa dibuat mewah, trek pacuan kelak lebih modern.Venues berkuda ketangkasan dan berkuda pacuan sama-sama bertaraf internasional.
"Sejak awal misi dan visi kita jelas. Bagaimana kita membuat venues equestrian dengan pemanfaatan yang jelas, tepat guna dan tepat sasaran, agar dana yang dikeluarkan tidak mubazir atau sia-sia," jelas Eddy Saddak. tb