Hidup Kaum Paria di Balik Gemerlap Olimpiade Brasil
Brasil memang sukses menggelar Piala Dunia 2014 dan kini juga sedang berlangsung Olimpiade 2016 yang diselenggarakan di Kota Rio De Janeiro.
Laporan Wartawan SuperBall.id, Muhammad Robbani
TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO - Brasil memang sukses menggelar Piala Dunia 2014 dan kini juga sedang berlangsung Olimpiade 2016 yang diselenggarakan di Kota Rio De Janeiro.
Bisa dibilang bahwa Olimpiade adalah pertunjukkan terbesar di dunia dengan mayoritas negara dunia ambil bagian dalam pesta olahraga terbesar itu.
Dalam kegemerlapan itu sangat bertolak belakang di balik tembok-tembok pemabatas yang memisahkan venue-venue arena dengan realitas masyarakat setempat.
Dibalik kemegahan Olimpiade, banyak tersingkap prostitusi, kriminalitas, ataupun kekerasan yang memang masih marak di negeri asal bintang Barcelona Neymar itu.
Saat Olimpiade berlangsung, tiga orang pria ditembak kepalanya hingga tewas di kawasan kumuh di Utara Rio.
Mo Farah, Greg Rutherford, dan Jessica Ennis-Hill juga menjadi pihak luar yang tidak menikmati Olimpiade 2016 karena mereka adalah penjaja tubuh berusia di bawah umur di antara 12 ribu pekerja seks lainnya.
Ironisnya mereka melalukan pekerjaan itu tak jauh dari Olympic Park yang merupakan arena utama Olimpiade 2016 Rio.
Disana juga bertebaran kertas-kertas promosi harga untuk bisa menikmati tubuh para pekerja seks komersial dengan harga relatif antara 13-18 pounds perjamnya.
Disana bisa disaksikan dengan mudah wanita-wanita yang mengenakan pakaian minim berjalan-jalan bersama temannya saat menjalankan pekerjaan di lokasi mereka menjajakan tubuhnya.
Sampah-sampah bertebaran di Vila Mimosa salah satu lokasi prostitusi di balik gemerlapnya penyelenggaraan Olimpiade 2016.