Olahraga Indonesia Idealnya Butuh Dana Sebesar Rp 1 Triliun untuk Pembinaan kata Ahmad Sutjipto
Ketua Satlak Prima Ahmad Sutjipto mengatakan anggaran pembinaan dan prestasi olahraga di Indonesia masih kurang.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Satlak Prima, Ahmad Sutjipto mengatakan anggaran pembinaan dan prestasi olahraga di Indonesia masih kurang.
Idealnya dana yang digelontorkan pemerintah melalui APBN untuk melakukan pembinaan olahraga adalah Rp 1 Triliun per tahun.
"Menurut saya untuk Indonesia ini satu triliun sudah bagus," ujar Ahmad dalam diskusi 'Merebut Medali' di Kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Jumlah tersebut menurutnya masih kalah apabila dibandingkan dengan anggaran yang dialokasikan negara lain di kawasan asean. Misalnya Thailand yang Rp 2 triliun, Singapura 1,8 triliun, dan Malaysia 1,7 triliun.
Namun menurutnya bagi Indonesa dengan hanya 1 triliun, dapat memaksimalkan pembinaan dan torehan prestasi 28 Cabang olahraga yang dikompetisikan.
"Jumlah tersebut harus dibarengi dengan kecermatan dalam memilih atlet potensial sehingga penggunaan anggaran akan efektif dan efisien," paparnya.
Senada pengamat olahraga Budiarto shambazy mengatakan anggaran pembinaan prestasi olahraga yang ada di kemenpora masih kurang baik. Oleh karenanya tidak heran jika prestasi yang ditorehkan tidak maksimal.
"Kita butuh perhatian pemerintah artinya anggaran di Kemenpora kurang baik, separoh kurang lebih yang dikeluarkan Thailand, Singapura, Filipina. Jadi memang tergambar langsung anggaran terlalu kecil, jangan harap prestasi lebih," paparnya.
Budiarto menambahkan kini semua daerah mempunyai masalah yang sama yakni kekurangan dana dalam melakukan pembinaan. Kompetisi berjenjang tidak berjalan sehingga sulit menemukan atlet yang potensial.
"Kenyataan semua daerah provinsi mempunyai masalah dana yang kecil, kejurnas hampir tak pernah berlangsung," katanya.
Ditambah lagi ketimpangan infrastruktur olahraga. Semua fasilitas olahraga yang memadai berada di pulau Jawa, sementara daerah lainnya masih sangat kurang.
"Apakah misal Maluku memadai? Contoh misal Jamaika yang konsentrasi pada atletik. Negara kecil itu bisa menguasai 5-6 emas dalam olimpiade. Jadi memang jangan mengaitkan ekonomi dengan prestasi seseorang, mungkin ada hubungan sedikit tapi bukan kondisi yang benar," pungkasnya.