Atlet Gantole Sumbar Gagalkan Jabar Kawinkan Emas di Nomor Lintas Alam Terbuka
Pilot Sumatera Barat, NSR Yalatif berhasil menggagalkan ambisi regu Jawa Barat (Jabar) mengawinkan medali emas
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Pilot Sumatera Barat, NSR Yalatif berhasil menggagalkan ambisi regu Jawa Barat (Jabar) mengawinkan medali emas nomor Lintas Alam Terbatas (Race To Goal/RTG) Kelas A dan B, cabang olahraga dirgantara Gantolle/Layang Gantung PON XIX Jawa Barat 2016.
Diikuti 20 pilot (Kelas A) dan 33 pilot (Kelas B) dari 13 propinsi, yang berhasil lolos ajang Pra PON tahun lalu, Ayat Supriatna, meraih medali emas perdana Jabar di Kelas A. Pada PON XVIII Riau 2012, Ayat merebut medali perunggu nomor RTG di Kelas B.
Gantolle mengawali lombanya di Bukit Batu Dua, Gunung Lingga, Kabupaten Sumedang, 14-18 September lalu, lokasi Pra Piala Dunia Lintas Alam Paralayang 2013. Latif yang tidak diunggulkan di Kelas B, menjegal Ferry Purnama Putra (perak/Jabar) dan Nanda Bramantya (perunggu/Jabar).
Pengenalan medan empat pilot (sebutan bagi atlit olahraga dirgantara) regu Sumbar, dengan berlatih selama sebulan dan mengontrak rumah di Desa Tegalwangi, menunjukkan hasilnya.
Dalam nomor RTG pilot diharuskan terbang di atas beberapa titik sesuai soal, dalam waktu tercepat. Jarak tempuh pilot setiap ronde berkisar 30-70km (tergantung jumlah titik dan rute dalam soal) dalam waktu sekitar 1-3 jam. Nilai pilot diperoleh setelah data terbang yang terekam alat GPS (Global Positioning System) yang wajib dibawa, dihitung berdasarkan rumus.
Sebagai anggota Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Gantolle sudah mengikuti PON sejak 1981 di kawasan pegunungan Puncak, Jawa Barat. Merupakan olahraga alam, Gantolle di samping Paralayang yang juga mengikuti PON XIX, sangat berpotensi meningkatkan wisata olahraga udara (Aerosport Tourism). Pada PON XIX, Gantolle melombakan nomor Lintas Alam Terbatas (Race To Goal/RTG) dan nomor Ketepatan Mendarat (KTM) di Desa Tegalwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, atau lebih dikenal sebagai Cililin (19-24/9).