Hayono Isman Tak Ingin Persoalkan Kegagalan Indonesia Ciptakan Rekor Dunia di Tafisa
Dari tiga target, hanya layangan 'Kaghati' asal Pulau Muna, Sulawesi Tenggara yang sanggup mencatatkan nama dibuku Guinness World Records (GWR).
Penulis: Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Panitia Pelaksana Tafisa Games 2016, Hayono Isman tidak mempersoalkan terkait kegagalan Indonesia memecahkan rekor dunia di TAFISA Games ke-6 di Jakarta, Indonesia.
Sebelum event digelar, Indonesia berencana menciptakan tiga rekor dunia di antaranya egrang, tarian zumba, dan layang-layang daun terbesar.
Namun hanya layang-layang daun terbesar 'Kaghati' asal Pulau Muna, Sulawesi Tenggara yang sanggup mencatatkan nama dibuku Guinness World Records (GWR).
"Tidak menjadi persoalan kami juga tidak mematok harus menciptakan rekor dunia baru. Ini hanya rangkaian acara besar dari event Tafisa Games, Indonesia selaku tuan rumah," ujar Hayono Isman disela-sela konferensi pers di Media Center ABC Mall Ancol, Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Parade Egrang dengan diikuti oleh 1.200 peserta yang terdiri dari siswa-siswi SD dan SMP gagal mematahkan rekor sebelumnya milik Belanda.
Sebenarnya tercatat 1.070 peserta berhasil menyentuh garis finish saat melintasi lintasan sepanjang 100 meter, hanya saja pihak GWR mendiskualifikasi 130 peserta.
Belanda masih menjadi pemegang rekor pada 2011 setelah sukses berpawai dengan total 959 peserta.
Di jalan Benyamin Suaeb, Jakarta International Expo Kemayoran, ribuan peserta menari zumba pun gagal menembus syarat yang ditawarkan GWR.
Jumlah penari zumba diharapkan sampai 13 ribu-14 ribu peserta, faktanya hanya aksi aerobik ini hanya diikuti hampir 9.000 perserta.
Filipina masih menjadi pemilik rekor dunia kala itudi Mandaluyong City, Juli 2015 dengan 12.975 peserta.