Komunitas Berkuda Pacuan Kehilangan Hens Rory
Komunitas berkuda pacuan ditinggalkan salah seorang insan terbaiknya. Hens Rory, pernah menjadi joki dan pelatih terbaik nasional, meninggal dunia
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komunitas berkuda pacuan ditinggalkan salah seorang insan terbaiknya. Hens Rory, pernah menjadi joki dan pelatih terbaik nasional, meninggal dunia pada Minggu (28/1/2018) dan saat ini masih disemayamkan di rumah duka di Tompasso, Manado, Sulut.
Kabar duka mengenai berpulangnya Hens Rory, 60-an tahun, disampaikan Mohammad Chaidir Saddak, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi), saat penyelenggaraan Kejuaraan Pacuan Kuda A.E.Kawilarang Memorial Cup, Minggu di Tegalwaton, Salatiga, Jateng.
Mohammad Chaidir Saddak menulis dalam akun facebook Karissa Fitria Saddak, putrinya:
"Telah Meninggal Dunia, Saudara Kami Bapak Hens Rory karena Sakit di Tompasso Manado. Mohon dimaafkan segala kehilafan beliau semasa masih bersama sama kita. Tentunya banyak jasa jasa beliau semasa membantu kami di dalam Keluarga Besar Aragon Stable dan juga banyak masukan dan pengorbanan beliau kepada saya selama saya memimpin PP Pordasi. Semoga semua Amal dan Ibadah beliau diterima oleh Tuhan yang maha Kuasa. Aamiin YRA.
Selamat Jalan Saudaraku.. kami selalu mendoakan agar Hens mendapat tempat yang terbaik disisiNya."
Almarhum Hens Rory sudah lama berkecimpung di olahraga berkuda, pernah sekian lama menjadi joki, sebelum akhirnya menekuni profesi pelatih kuda. Almarhum sangat dekat dengan keluarga Mohammad Chaidir Saddak, karena lama bergabung dengan klub berkuda pacuan dan ketangkasan Aragon, di Lembang, yang dimiliki keluarga Mohammad Chaidir Saddak.
Tak mengherankan jika kedua putri Mohammad Chaidir Saddak, yakni si kembar Karissa dan Karina Saddak, merasa sangat kehilangan almarhum.
"Almarhum pernah juga di klub BHM, Kalimantan, kemudian kembali lagi ke Aragon," tutur Noviardi Sikumbang, sekretaris komisi pacuan PP Pordasi, Selasa (30/1/2018).
Menurut keterangan Noviardi Sikumbang, almarhum Hens Rory semenjak dua tahun terakhir rutin menjalani kemoterapi.
"Pada akhir Desember 2017 sakitnya sepertinya makin parah. Seperti ada firasat, walau masih menjalani berobat jalan di RS Ken Saras Salatiga, Jateng, almarhum minta difasilitasi oleh pak Mohammade Chaidir Saddak untuk pulang kampung, ke Tompaso, Sulut. Mungkin maksudnya waktu itu, kalau meninggal, ingin meninggalnya di kampung halaman. Saat pacuan di Tegalwaton kemarin, kita sempat dikabari kalau beliau tengah kritis, dan kemudian dapat kabar lagi kalau sudah meninggal," papar Noviardi Sikumbang.
Seingat Noviardi, pada 1960-an almarhum Hens Rory terjun di banyak kejuaraan pacuan sebagai joki, baru akhir 1980-an menjadi pelatih.
"Almarhum yang melatih kuda Robinhood dari DKI Jakarta saat memenangi Derby Indonesia," kenang Noviardi.
Karissa Fitria Saddak, putri Mohammad Chaidir Saddak, menerakan foto dirinya dan almarhum Hens Rory di akun fesbuknya, seraya menuliskan: "Makasih sudah selalu jagain aku, support aku dalam keadaan apapun."
Selamat jalan, Hens Rory.