Mereka yang Dididik di PPLP Mestinya adalah Calon Atlet Potensial di Cabornya Masing-masing
Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) seyogyanya menjadi salah satu pijakan dalam menata olahraga Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) seyogyanya menjadi salah satu pijakan dalam menata olahraga Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Oleh karena itu mereka yang dididik di PPLP mestinya adalah calon-calon atlet potensial di cabornya masing-masing. Proses penggemblengan atlet di PPLP harus dilakukan secara benar, dan untuk itu tentunya diperlukan standarisasi kepelatihan yang harus disesuikan dengan perkembangan zaman.
Terkait dengan proses pengembangan PPLP ini, Asisten Deputi Pembibitan dan IPTEK Olahraga, Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga menggelar kegiatan "Finalisasi Penyusunan Instrumen Tes Parameter Atlet" pada Selasa dan Rabu (29-30/5/2018) di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
Untuk itu, Asdep Pembibitan dan IPTEK Olahraga yang dipimpin oleh Washinton Sigalingging, puluhan pakar olahraga sebagai pembahas, narasumber dan penyusunan.
Maka, selama dua hari, para pakar olahraga seperti Prof.Dr.Harry Setiyono (FIK Unnesa, Surabaya), Dr.Ria Lumintuarso, M.Si (FIK UNY, Yogyakarta), Dr.Suprayitno (FIK Unimed, Medan), Dr.Sapta Kunta Purnama (FIK UNS, Surakarta), Dr.Dikdik Zafar Sidik (FPOK UPI, Bandung), Dr.Islahuzzaman Nuryadin, M.Or ((FIK UNS, Surakarta), Dr.Iman Sulaeman (FIO UNS, Jakarta), Drs.Octavian Matakupan , M.Pd (FIO UNJ, Jakarta), Paulus Pasurney (praktisi olahraga, Jakarta), melakukan pergumulan pemikiran, tentunya berdasarkan perkembangan terbaru metode kepelatihan juga.
Kegiatan ini juga secara intens diikuti 12 perwakilan dari cabor olahraga, termasuk atletik (PASI), angkatbesi (PABBSI), dayung (PODSI), dan pencak silat (IPSI). "Finalisasi Penyusunan Instrumen Tes Parameter Fisik Atlet" ini secara khusus memang menyempurnakan, meng-update, metode atau norma-norma kepelatihan pada empat cabor di atas.
Dari pergumulan intensif para pakar olahraga dari enam perguruan tinggi, praktisi olahraga dan perwakilan cabor olahraga tersebut, dihasilkan instrumen parameter tes fisik atlet empat cabor. Yakni, atletik, angkat besi, dayung dan pencak silat.
1. Instrumen cabor angkat besi antara lain adalah, A.pengukuran antrophometri: tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang tungkai, rentang tangan, panjang telapak tangan; B. pengukuran tes fisik: misalnya, tes sit and reach, loncat tegak (standar: 75 cm putra, 65 cm putri);
2. Instrumen cabor atletik, mencakup nomor jalan cepat, nomor sprint, nomor lari jarak menengah dan jauh, nomor lempar cakram dan lontar martil, lempar lembing, lompat jauh dan jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah, tolak peluru. Sebagai contoh, untukJalan Cepat: pengukuran antrophometri (tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuh, panjang tungkai); C. Pengukuran Fisik (tes sit and reach, tes lari 50m, tes sit up (2 menit), tes jalan cepat (penilai kecepatan), VO2 Max (tes balke 15 menit/beep test).
3. Instrumen cabor dayung ada dua yakni cano dan rowing. Instrumen cano terdiri dari tes antropometri: tes tinggi badan, tes berat badan; tes fisik meliputi: tes ben press, tes benc pull. Instrumen rowing terdiri dari, tes antrometri: tes tinggi badan, tes berat badan; tes fisik meliputi: tes squat, tes benc pull, tes deadlift, tes 100 meter argo; tes 6 km argo, tes 2 km argo, serta tes 1 menit argo dan tes balke/MFT.
4.Instrumen cabor pencak silat terdiri dari; pengukuran antrophometri (tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, rentang kedua kaki, tinggi duduk; pengukuran fisik (tes lari 20m, tes shuttle run 4x3m, tes sit and reach, tes standing broad jump, tes push-up 1 menit, tes sit up 2 menit, tes kecepatan tangan, power endurance tungkai 3 hop kanan/kiri, VO2 Max beep test.
Dari keterangan Dr.Sapta Kunta Purnama, Kamis (31/5/2018), instrumen-instrumen tersebut akan diujicobakan ke beberapa daerah untuk mengetahui apakah para pelatih dapat melaksanakan dengan baik.
Hasil dari ujicoba, data yang diperoleh dianalisis untuk membuat norma yang up to date.
Selain itu juga untuk memastikan bahwa instrument tersebut merupakan alat tes lapangan yang tepat dan akurat (parameter yang sahih/valid) sebagai rujukan untuk:
1.Mengidentifikasi atlet (untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dan kekuatan seseorang. Termasuk mengidentifikasi kondisi komponen-komponen fisik utama yang dibutuhkan dalam olahraga tersebut. Dengan informasi yang diperoleh melalui tes, maka dapat disusun suatu program latihan yang tepat untuk setiap individu).
2.Mengklasifikasi/pengelompokan (dalam meraih prestasi olahraga, pada awalnya dimulai dengan melakukan identifikasi potensi atlet kemudian membuat klasifikasi potensi).
3.Mendiagnosa dan perbaikan melatih (melalui instrument tes tersebut yang dilakukan secara konsisten dan berkala, pelatih dapat memperoleh petunjuk atau acuan yang tepat untuk mengukur efektivitas program latihannya).
"Kita akan adakan sosialisasi secepatnya," ungkap Dr.Sapta Kunta Purnama.