Itikad Besar PB Djarum Dalam Membantu Kejayaan Sport Untuk Persatuan Indonesia kata Victor R Hartono
Kiprah perjalanan prestasi PB Djarum, sebuah klub Bulutangkis yang berawal dari kota Kudus, kota kecil di Jawa Tengah diwarnai dengan air mata
Editor: Toni Bramantoro
“Kita waktu itu sudah melihat bahwa Indonesia paling menonjol di bulutangkis. Saya pikir kenapa tidak kalau kita bisa menyumbangkan sesuatu untuk Indonesia melalui bulutangkis, kebanggaan nasional, menggalang persatuan,” kenang Robert Budi Hartono.
Ada sebuah fragmen menarik diceritakan Robert Budi Hartono tentang air mata yang turut mewarnai periode awal berdirinya PB Djarum.
Sekitar tahun 1971, dalam sebuah kejuaraan lokal di Kudus, Budi Hartono melihat seorang lelaki muda berusia 15 tahun menangis di anak tangga pojokan gedung. Lelaki muda itu menangis karena baru saja kalah bertanding.
Kepadanya, Budi Hartono memberikan nasehat agar tak putus asa. Bahkan ia juga menawarkan lelaki muda ini untuk ikut bergabung dan berlatih di PB Djarum.
Kini, sosok anak muda berlinang air mata itu kita kenal sebagai Liem Swie King, seorang legenda bulutangkis Indonesia dengan prestasi kaliber dunia.
Budi Hartono berharap kisah air mata King ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para atlet saat ini agar tidak pernah menyerah berjuang dan berlatih keras demi meraih prestasi.
Sejak 1969 hingga saat ini, komitmen PB Djarum tidak pernah berhenti untuk melahirkan bibit-bibit baru berbakat di cabang olahraga tepok bulu.
Perkumpulan yang mulanya hanya untuk kebutuhan olahraga para karyawan PT Djarum terus melakukan inovasi demi prestasi bulutangkis Indonesia. Salah satunya melalui program pencarian bakat “Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis”.
Lewat ajang ini pula, lahir sosok Kevin Sanjaya Sukamuljo yang saat ini menjadi ganda putra peringkat pertama dunia.
Selain itu, untuk menghadirkan iklim kompetisi yang berkualitas, Djarum juga menggelar berbagai kejuaraan bulutangkis untuk berbagai kelompok usia dan berskala nasional maupun internasional, seperti Djarum Superliga Junior, Djarum Sirkuit Nasional, dan Djarum Superliga Badminton.
Dengan begitu, Indonesia selalu memiliki stok pebulutangkis
berkualitas yang mampu meraih kejayaan di panggung bulutangkis dunia.
Semangat meraih kejayaan ini pula yang disebarkan dari Kudus ke seluruh penjuru dunia melalui jejaring alumni dan legenda PB Djarum. Meski telah gantung raket, tetapi banyak dari antara para alumni PB Djarum yang berdiaspora ke berbagai daerah hingga mancanegara.
Contohnya, Fung Permadi yang didapuk sebagai pelatih nasional Taiwan pada 2005 hingga 2006 sebelum akhirnya ia kembali ke Tanah Air dan menjadi Manager Tim PB Djarum.
Lalu ada pula Minarti Timur, peraih medali perak Olimpiade Sydney tahun 2000 yang menjadi pelatih Timnas Filipina. Setali tiga uang, ada pula peraih perak Olimpiade 1992, Ardy B. Wiranata, yang menjadi pelatih Kanada dan Amerika Serikat.
Kesuksesan legenda PB Djarum juga tak hanya di lini kepelatihan, tapi juga menjalar hingga ke aspek-aspek lain di dunia bulutangkis.