"Awalnya lumayan juga, bolanya kencang, jadi kami harus main dengan menekan lawan," ujar Ahsan seusai pertandingan.

"Kalau lawan berkembang dan bisa mengembalikan malah buat susah kami sendiri nanti," sambungnya.

Sementara itu, Hendra menilai dirinya lebih banyak belajar untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lapangan mengingat ini laga pertamanya bersama Ahsan.

"Ini pertandingan pertama kami di turnamen ini, jadi kami masih menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan," beber Hendra.

"Terutama shuttlecock-nya karena shuttlecock yang dipakai kencang, jadi harus bisa kontrol, harus mencoba pola kami dulu," ujarnya.

Meski diunggulkan di tempat pertama, Hendra mengatakan, peluang tim putra Indonesia untuk juara masih 50-50.

Hendra tak mau menganggap enteng lawan, walau Tiongkok absen, masih banyak pesaing yang patut diwaspadai.

"Peluang tetap 50-50, kalau misalnya lolos ke semifinal, kami akan bertemu dengan Thailand yang sedang meningkat penampilannya, atau India yang memang banyak pemain bagus. Jadi tidak akan mudah," kata Hendra.

Kepastian tim putra Indonesia lolos akhirnya didapatkan setelah Jonatan Christie mampu tampil menawan dengan mengalahkan Lanz Ralf Zafra dengan skor akhir 21-11 dan 21-14.

Tim Putri Menyerah Tanpa Perlawanan dari Jepang

Sementara kontingen putri Indonesia harus menyerah dari Jepang di laga perempat final ajang Badminton Asia Team Championship 2020.

Gregoria Mariska Tunjung yang turun di laga pertama dipaksa mengakui keunggulan Akane Yamaguchi.

Tunggal putri tim Merah Putih tersebut dikalahkan oleh Akane Yamaguchi dengan skor 9-21 dan 15-21.

Kekalahan dua set juga didapatkan pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang juga tumbang di tangan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.