Marc Marquez Berprestasi tak Lepas dari Honda yang Mengembangkan Mesin Secara Pararel
Marc Marquez telah menjelma menjadi kekuatan dominan pada ajang MotoGP. Hal itu dibuktikan dengan pencapaian sang pembalap tim Repsol Honda.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, MADRID - Performa kuat Marc Marquez selain membuat Honda senang juga membuat rekan setimnya was-was karena berpotensi terlihat bodoh.
Marc Marquez telah menjelma menjadi kekuatan dominan pada ajang MotoGP. Hal itu dibuktikan dengan pencapaian sang pembalap tim Repsol Honda.
Marquez sukses menyapu bersih gelar juara MotoGP dalam empat musim terakhir. Dia juga tak pernah absen dari podium kecuali karena penalti, terjatuh, atau gagal finis.
Sayangnya, kesuksesan Marquez tidak diikuti oleh pembalap Honda lainnya. Sejak 2018 Marquez seolah berjuang sendirian untuk menyumbang poin bagi Honda.
Pada musim 2018 Dani Pedrosa hanya bisa bertengger di posisi ke-11 klasemen tanpa satupun hasil podium sementara rekan setimnya kukuh di puncak klasemen.
Jorge Lorenzo yang menggantikan Pedrosa pada 2019 lebih apes lagi. Por Fuera terdampar di peringkat 19 klasemen dan tak pernah sekalipun finis di posisi 10 besar.
Satu-satunya pembalap Honda yang rutin mendekati posisi Marquez adalah Cal Crutchlow (LCR Honda) yang menghuni grup papan tengah MotoGP.
Ketimpangan yang dialami pembalap Honda menjadi sorotan. Giacomo Guidotti yang merupakan mantan kepala kru Pedrosa berusaha menjelaskannya.
Guidotti menyatakan bahwa Honda sebenarnya tidak terlalu berat sebelah soal pengembangan motor.
"Honda mengembangkan motornya secara pararel demi memuaskan kedua pembalapnya dengan motor yang seimbang," ujar Guidotti.
"Pedrosa kesulitan karena alasan lain. Soal Lorenzo, anggap saja motor Honda tidak begitu cocok dengan karakternya tetapi dengan setelan bagus dia bisa tampil kuat."
Guidotti yang mengepalai garasi Pedrosa pada 2017 dan 2018 menyebut bahwa hasil buruk The Little Spaniard dikarenakan mental yang jatuh akibat rentetan kecelakaan.
"Pada 2017 Pedrosa selalu berada di posisi empat besar dan beberapa kali menang. Kemudian ada kecelakaan yang menjatuhkan mentalnya," ucap Guidotti.
"Selain itu persaingan saat ini juga mengharuskan pembalap siap menghadapi berbagai manuver dan itu tidak disukainya," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.